Sabtu, 08 November 2025

Wisata Budaya Osing Banyuwangi, Harmoni Tradisi dan Alam

Suasana asri Desa Adat Osing Kemiren di Banyuwangi, menampilkan rumah-rumah tradisional Suku Osing dengan latar belakang pepohonan hijau yang rimbun, mencerminkan harmoni tradisi dan alam.

NGLNECER - Di ujung timur Pulau Jawa, ketika matahari bangkit lebih dulu dibanding kota-kota lain di negeri ini, Banyuwangi menghadirkan denyut kehidupan yang berbeda. Di balik pohon kelapa yang berayun pelan dan kabut tipis yang turun perlahan, terdapat sebuah identitas yang menjadi ruh kota ini: budaya Osing.

Budaya yang tak hanya hadir dalam tarian atau upacara, tetapi meresap dalam cara masyarakat menyapa, menanak nasi, hingga menyalakan lampu minyak di teras rumah bambu mereka. Wisata budaya Osing bukan sekadar perjalanan, tetapi sebuah kesempatan untuk menyelam ke dalam harmoni antara tradisi, alam, serta nilai-nilai yang diwariskan turun-temurun.

 

Siapa Sebenarnya Suku Osing?

Suku Osing sering disebut sebagai “anak kandung Blambangan”, pewaris langsung kerajaan lama yang pernah berdiri megah di timur Jawa. Mereka mempertahankan bahasa, adat, dan sistem sosialnya sendiri meski zaman telah banyak berubah.

Bahasa Osing—yang terdengar seperti perpaduan Jawa Kuno dan logat halus pesisir—masih akrab terdengar di pasar pagi dan bale-bale kayu di sudut desa. Cara bicara yang tegas namun bersahabat mencerminkan karakter masyarakat: hangat, terbuka, dan sangat menghargai kebersamaan.

Di setiap sudut desa Osing, terutama di Kemiren dan Olehsari, atmosfer kesederhanaan masih menjadi napas harian. Tidak berlebihan jika banyak wisatawan mengatakan bahwa berkunjung ke kampung Osing terasa seperti kembali ke rumah yang lama ditinggalkan.

 

Harmoni Tradisi dan Alam yang Menjadi Identitas

Kekuatan budaya Osing justru terletak pada kemampuannya menyatu dengan alam. Warga Osing tidak memaksa tradisi berjalan sendiri; mereka menghadirkannya berdampingan dengan lanskap sawah, hutan, dan sungai yang melintas tenang.

Di pagi hari, suara angklung paglak menggema dari gardu-gardu bambu di tengah sawah. Musiknya bukan sekadar hiburan, tetapi penanda ritme hidup: kapan waktu menanam, kapan harus berhenti bekerja, serta kapan warga berkumpul untuk berbagi makanan sederhana.

Semuanya berjalan lantang tetapi lembut, seperti alam yang mengajarkan kesederhanaan melalui angin yang tak pernah berhenti berbisik.

 

Baca Juga : Wisata Kuliner Banyuwangi, 10 Tempat Makan Legendaris Wajib Coba


Desa Kemiren — Jantung yang Tak Pernah Berhenti Berdetak

Jika budaya Osing adalah tubuh, maka Desa Wisata Kemiren adalah jantungnya. Desa ini menjadi wadah berbagai tradisi yang dipertahankan secara turun-temurun. Bangunan rumah adat berjajar rapi, aroma kopi jaran menguar dari tungku kayu, dan para ibu menyiapkan pecel pitik, kuliner sakral yang selalu hadir di setiap hajatan besar.

Rumah Adat Berpintu Dua

Salah satu ciri unik Kemiren adalah rumah adat berpintu dua: satu pintu untuk keluarga, satu pintu untuk tamu. Filosofinya sederhana—rumah selalu terbuka bagi siapa pun yang datang dengan niat baik.

Kayu jati dan bambu menjadi material utama. Atapnya rendah namun kokoh, melindungi dari panas matahari sekaligus menghadirkan kehangatan saat hujan turun.

Kopi Jaran — Racikan Leluhur

Di banyak rumah warga, kopi jaran direbus dalam kendi tanah liat dengan sedikit jahe dan gula merah. Aromanya khas, rasanya pekat namun tidak menusuk. Wisatawan sering menyebutnya kopi yang membuat tubuh “tegak seperti kuda”—itulah sebabnya namanya kopi jaran.

Malam di Kemiren

Saat malam tiba, Desa Kemiren menyala oleh lampu-lampu minyak kecil. Suasananya tenang, ditemani suara jangkrik dan sesekali lengking angklung dari kejauhan. Di sinilah wisata budaya Osing terasa paling puncak: hening namun penuh makna.

 

Wisata Budaya Osing Banyuwangi, Harmoni Tradisi dan Alam

Ragam Seni Tradisi Osing

Budaya Osing memiliki banyak warisan seni. Masing-masing bukan hanya pertunjukan, tetapi cara masyarakat merawat sejarah.

Tari Gandrung

Tari Gandrung adalah ikon Banyuwangi. Ditampilkan untuk menyambut tamu kehormatan, tarian ini menggambarkan rasa syukur dan sukacita. Gerakan yang lincah namun penuh ketegasan menunjukkan karakter masyarakat Osing: anggun tetapi kuat.

Barong Kemiren

Berbeda dengan barong Bali, Barong Kemiren hadir sebagai penjaga desa. Setiap tahun pada ritual Ider Bumi, barong diarak keliling kampung untuk menolak bala. Wisatawan selalu terpukau oleh energi barong yang terasa hidup dalam setiap langkahnya.

Angklung Paglak

Terbuat dari bambu, dimainkan di gardu sawah pada pagi dan sore hari. Angklung paglak adalah seni sekaligus alat komunikasi. Bunyi yang memecah keheningan sawah sering membuat wisatawan berhenti, menatap jauh, dan menikmati keteduhan.

 

Kuliner Khas Osing yang Wajib Dicoba

Tak lengkap berbicara soal budaya Osing tanpa menyentuh kulinernya.

Pecel Pitik

Kaya rasa, harum rempah, dan selalu disajikan pada ritual adat. Ayam kampung disuwir, disiram kelapa parut, dibalut sambal, lalu dipanggang ringan. Pecel pitik bukan sekadar makanan, tetapi simbol kebersamaan.

Sego Tempong

Pedasnya dikenal seantero Banyuwangi. Sambal tempong yang “menampar” lidah membuat lauk sederhana seperti tempe, ikan asin, dan lalapan terasa istimewa.

Jajanan Tradisional

Dari kucur manis hingga cenil warna-warni, setiap kudapan menghadirkan cita rasa masa kecil yang menenangkan.

 

Arsitektur Rumah Adat Osing

Rumah adat Osing dibangun berdasarkan filosofi Blambangan kuno. Pembagian ruangnya rapi: bale tengah untuk menerima tamu, dapur untuk memasak bersama, serta ruang belakang untuk acara keluarga.

Para peneliti budaya sering menyebut rumah Osing sebagai “arsitektur yang bernapas”, karena ventilasinya dirancang untuk mengikuti arah angin dan suhu alam. Tidak heran rumah-rumah adat Osing tetap sejuk meski cuaca sedang terik.

 

Upacara Sakral yang Masih Dilestarikan

Beberapa upacara adat Osing yang masih dijalankan hingga sekarang antara lain:

Ider Bumi

Upacara keliling kampung yang dipimpin Barong Kemiren. Warga percaya bahwa ritual ini mampu menjaga desa dari penyakit dan bala.

Tumpeng Sewu

Malam sebelum 1 Suro, ratusan tumpeng kecil disajikan di sepanjang jalan desa. Ketika lampu dipadamkan, warga berdoa dan makan bersama. Ritual ini menjadi simbol rasa syukur atas hasil panen dan keselamatan.

Barong Ider

Pertunjukan barong yang diyakini membawa keberkahan. Wisatawan biasanya diajak ikut menaburkan beras kuning sebagai tanda harapan baik.

 

Wisata Budaya Osing di Era Modern

Menariknya, meski modernisasi melaju cepat, masyarakat Osing tetap kokoh menjaga tradisi. Mereka tidak menolak teknologi, tetapi memadukannya dengan kearifan lokal.

Homestay dibangun tanpa mengubah bentuk rumah adat. Pertunjukan seni dijadwalkan agar wisatawan bisa menikmatinya tanpa mengganggu kesakralan ritual asli. Bahkan, beberapa anak muda Kemiren kini menjadi pemandu wisata yang bercerita dengan bangga tentang leluhur mereka.

Wisata budaya Osing kini menjadi magnet baru Banyuwangi. Banyak wisatawan kembali ke Kemiren hanya untuk merasakan suasana rumah adat, duduk di bawah pohon kemiri tua, dan mendengar cerita warga tentang masa lalu.

 

Tips Berkunjung ke Desa Osing

  • Datang pagi atau menjelang sore untuk suasana terbaik.
  • Hormati adat setempat, terutama saat mengambil foto.
  • Cobalah kuliner lokal, terutama pecel pitik dan kopi jaran.
  • Jika menginap, pilih homestay lokal untuk pengalaman yang lebih otentik.

 

Warisan yang Terus Bernyawa

Wisata Budaya Osing Banyuwangi bukan sekadar perjalanan singkat; ia adalah ruang belajar tentang bagaimana manusia merawat tradisi tanpa kehilangan langkah dalam zaman modern. Setiap tarian, rumah, kuliner, hingga upacara adat adalah rangkaian kisah panjang yang dijaga dengan sepenuh hati.

Di balik setiap lantunan angklung paglak dan aroma dapur kayu yang mengepul, terdapat pesan sederhana: budaya akan tetap hidup selama ada yang mencintai dan menjaganya.

sevenstarindonesi

1. Apa yang membuat budaya Osing unik dibanding budaya lain di Jawa?

Budaya Osing memiliki bahasa, sistem sosial, seni, dan upacara adat yang berbeda dari budaya Jawa pada umumnya. Mereka mempertahankan identitas Blambangan kuno dan mampu menggabungkannya dengan kehidupan modern tanpa menghilangkan nilai-nilai leluhur.

2. Kapan waktu terbaik untuk menikmati upacara adat Osing?

Upacara besar seperti Tumpeng Sewu dan Ider Bumi biasanya berlangsung menjelang 1 Suro atau saat peringatan tertentu di desa. Namun, pertunjukan seni seperti tari Gandrung dan angklung paglak dapat dinikmati hampir sepanjang tahun dengan koordinasi bersama pengelola desa wisata

REFRENSI

Website yukbanyuwangi

website vendoroutbound

Penulis : Vivian dewi 

Postingan Terkait

Provider Outbound Batu Malang

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *