Wisata Religi Banyuwangi, Dari Makam Sayu Wiwit hingga Masjid Agung
Pesona
Wisata Religi Banyuwangi
Bagi
sebagian orang, berwisata bukan sekadar mencari hiburan, melainkan juga
perjalanan jiwa. Di Banyuwangi, pengalaman itu nyata terasa. Kabupaten ini
menyimpan banyak
situs religi yang setiap tahunnya ramai dikunjungi peziarah
dari berbagai daerah. Mulai dari makam Sayu Wiwit, Mbah
Alim, hingga Masjid Agung Baiturrahman
yang berdiri megah di pusat kota.
Menariknya,
destinasi religi di Banyuwangi tak hanya menjadi tempat berdoa, tapi juga wadah
untuk mengenang perjuangan tokoh-tokoh spiritual masa lalu. Suasana tenang,
aroma dupa, dan lantunan doa menjadikan setiap langkah terasa penuh makna.
Makam
Sayu Wiwit — Legenda di Balik Doa
Nama
Sayu
Wiwit begitu melekat di hati masyarakat Banyuwangi. Sosok
perempuan tangguh ini dikenal bukan hanya sebagai tokoh spiritual, tetapi juga
pahlawan yang melawan penjajah di masa Blambangan. Makamnya terletak di Desa
Ulul Albab, Blambangan, dan menjadi destinasi utama wisata religi
Banyuwangi.
Setiap
tahun, ribuan peziarah datang untuk mendoakan arwah beliau, membawa bunga dan
air doa. Di sekitar area makam, suasananya sejuk dan damai. Pepohonan rimbun
menaungi makam yang dijaga dengan penuh hormat oleh juru kunci setempat.
Konon,
banyak yang percaya bahwa ziarah ke Makam Sayu Wiwit
dapat membawa ketenangan batin dan kelancaran rezeki. Namun lebih dari itu,
ziarah ini menjadi simbol penghormatan terhadap perempuan pejuang yang teguh
menjaga iman dan kehormatan tanah kelahirannya.
Baca Juga : Pesona Banyuwangi 2025, Menyelami Surga Alam dan Budaya di Ujung Timur Jawa
Makam
Mbah Alim dan Ulama Blambangan
Tak
jauh dari pusat kota, berdiri Makam Mbah Alim,
seorang ulama yang berperan penting dalam penyebaran Islam di wilayah
Blambangan. Tempat ini sering dijadikan lokasi pengajian, doa bersama, dan
acara haul tahunan.
Mbah
Alim dikenal sebagai sosok sederhana, bijak, dan sabar dalam berdakwah. Ia
memperkenalkan Islam dengan pendekatan budaya — lewat tembang dan petuah
lembut, bukan dengan kekerasan. Karena itulah, ajarannya masih dikenang hingga
kini.
Suasana
di makam ini terasa khusyuk. Peziarah biasanya datang membawa air doa, membakar
kemenyan, dan duduk bersila di dekat pusara. Di sinilah spiritualitas
masyarakat Banyuwangi tumbuh — dengan kesederhanaan dan rasa hormat
pada leluhur.
Masjid
Agung Baiturrahman — Simbol Islam Banyuwangi
Bergeser
ke jantung kota, berdiri Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi,
salah satu ikon religi paling megah di ujung timur Jawa. Dibangun pada abad
ke-18, masjid ini menjadi saksi perjalanan panjang Islam di Banyuwangi.
Masjid
ini memiliki arsitektur perpaduan antara gaya Jawa, Arab, dan modern. Kubahnya
berwarna emas, menjulang anggun di tengah hiruk-pikuk kota. Di malam hari,
cahaya lampunya berpendar lembut, menambah kesan sakral.
Tak
hanya sebagai tempat ibadah, Masjid Agung Baiturrahman
juga sering dijadikan titik kumpul para peziarah yang ingin memulai perjalanan
religi. Di bulan Ramadan, suasananya semakin semarak — azan menggema, anak-anak
mengaji, dan jamaah berbuka bersama dengan senyum yang tulus.
Makam
Sunan Geseng dan Mitos di Baliknya
Selain
Sayu Wiwit, Banyuwangi juga memiliki Makam Sunan Geseng,
tokoh penyebar Islam yang dikenal karena kesalehan dan karamahnya. Makam ini
berada di wilayah Licin, tak jauh dari lereng Ijen.
Menurut
cerita warga, Sunan Geseng merupakan murid Sunan Kalijaga yang menyiarkan Islam
hingga ke timur Jawa. Nama “Geseng” berasal dari kisah unik: konon ia pernah
terbakar oleh api tapi tidak meninggal, melainkan semakin khusyuk berzikir.
Banyak
peziarah datang untuk berdoa, terutama saat bulan Sya’ban dan bulan Maulid.
Tradisi tahlilan dan pembacaan manaqib di makam ini menjadi simbol perpaduan
budaya dan agama yang harmonis.
Napak
Tilas Religi: Menyatu dengan Alam dan Doa
Bagi
para pecinta wisata spiritual, menjelajahi rute wisata religi
Banyuwangi terasa seperti perjalanan menembus waktu. Dari Makam
Sayu Wiwit di Blambangan, lanjut ke Makam Mbah Alim, lalu berakhir di Masjid
Agung Baiturrahman — semuanya menyuguhkan pengalaman batin yang berbeda.
Di
sepanjang perjalanan, pengunjung disuguhi pemandangan alam yang menyejukkan
mata. Sawah hijau, bukit, dan udara segar menjadi latar yang menenangkan.
Banyak juga yang menyebut perjalanan ini sebagai “napak tilas
doa” — bentuk penghormatan kepada pendahulu sekaligus penyucian
diri dari hiruk pikuk dunia.
Selain
berziarah, wisatawan juga bisa mencicipi kuliner lokal seperti sego tempong
atau pecel rawon di sekitar area masjid. Sebuah kombinasi sempurna antara wisata
spiritual dan wisata budaya.
Refleksi:
Ziarah yang Menumbuhkan Rasa Syukur
Wisata
religi di Banyuwangi bukan sekadar perjalanan fisik menuju makam atau masjid,
melainkan perjalanan
batin menuju kedamaian. Di setiap tempat, ada nilai moral dan
keteladanan yang bisa dipetik: kesabaran Sayu Wiwit, kebijaksanaan Mbah Alim,
dan keikhlasan Sunan Geseng.
Banyuwangi
seakan mengingatkan kita bahwa ziarah bukan tentang mencari berkah semata,
melainkan tentang menghidupkan kembali nilai-nilai spiritual dalam
kehidupan modern.

1. Apa saja
destinasi wisata religi yang paling populer di Banyuwangi?
Beberapa yang paling sering dikunjungi antara lain Makam Sayu Wiwit,
Makam
Mbah Alim, Makam Sunan Geseng,
dan Masjid
Agung Baiturrahman Banyuwangi.
2. Kapan waktu terbaik untuk
berkunjung ke wisata religi Banyuwangi?
Waktu terbaik adalah saat bulan Ramadan, Sya’ban,
atau haul
tahunan para wali, karena suasana spiritualnya lebih terasa dan
ada banyak kegiatan keagamaan yang bisa diikuti.
REFRENSI :
Website banyuwangi.viva.co.id
website banyuwangi.suaraindonesia.co.id

