Senin, 10 November 2025

Wisata Religi Banyuwangi, Dari Makam Sayu Wiwit hingga Masjid Agung

Kolase wisata religi Banyuwangi yang menampilkan suasana Makam Sayu Wiwit dan kemegahan arsitektur Masjid Agung Baiturrahman.

NGLENCER - Banyuwangi, tanah di ujung timur Pulau Jawa yang sering dijuluki “Sunrise of Java”, tak hanya dikenal karena pantai dan alamnya yang memesona. Di balik panorama biru Samudra Hindia dan hijaunya pegunungan Ijen, tersimpan pula jejak spiritual yang kuat — kisah para tokoh penyebar agama, wali, dan ulama yang meninggalkan pesan moral abadi. Inilah wajah lain Banyuwangi, tempat wisata religi yang menyatukan keindahan alam, budaya, dan iman.

 

Pesona Wisata Religi Banyuwangi

Bagi sebagian orang, berwisata bukan sekadar mencari hiburan, melainkan juga perjalanan jiwa. Di Banyuwangi, pengalaman itu nyata terasa. Kabupaten ini menyimpan banyak situs religi yang setiap tahunnya ramai dikunjungi peziarah dari berbagai daerah. Mulai dari makam Sayu Wiwit, Mbah Alim, hingga Masjid Agung Baiturrahman yang berdiri megah di pusat kota.

Menariknya, destinasi religi di Banyuwangi tak hanya menjadi tempat berdoa, tapi juga wadah untuk mengenang perjuangan tokoh-tokoh spiritual masa lalu. Suasana tenang, aroma dupa, dan lantunan doa menjadikan setiap langkah terasa penuh makna.

 

Makam Sayu Wiwit — Legenda di Balik Doa

Nama Sayu Wiwit begitu melekat di hati masyarakat Banyuwangi. Sosok perempuan tangguh ini dikenal bukan hanya sebagai tokoh spiritual, tetapi juga pahlawan yang melawan penjajah di masa Blambangan. Makamnya terletak di Desa Ulul Albab, Blambangan, dan menjadi destinasi utama wisata religi Banyuwangi.

Setiap tahun, ribuan peziarah datang untuk mendoakan arwah beliau, membawa bunga dan air doa. Di sekitar area makam, suasananya sejuk dan damai. Pepohonan rimbun menaungi makam yang dijaga dengan penuh hormat oleh juru kunci setempat.

Konon, banyak yang percaya bahwa ziarah ke Makam Sayu Wiwit dapat membawa ketenangan batin dan kelancaran rezeki. Namun lebih dari itu, ziarah ini menjadi simbol penghormatan terhadap perempuan pejuang yang teguh menjaga iman dan kehormatan tanah kelahirannya.


 Baca Juga : Pesona Banyuwangi 2025, Menyelami Surga Alam dan Budaya di Ujung Timur Jawa

 

Makam Mbah Alim dan Ulama Blambangan

Tak jauh dari pusat kota, berdiri Makam Mbah Alim, seorang ulama yang berperan penting dalam penyebaran Islam di wilayah Blambangan. Tempat ini sering dijadikan lokasi pengajian, doa bersama, dan acara haul tahunan.

Mbah Alim dikenal sebagai sosok sederhana, bijak, dan sabar dalam berdakwah. Ia memperkenalkan Islam dengan pendekatan budaya — lewat tembang dan petuah lembut, bukan dengan kekerasan. Karena itulah, ajarannya masih dikenang hingga kini.

Suasana di makam ini terasa khusyuk. Peziarah biasanya datang membawa air doa, membakar kemenyan, dan duduk bersila di dekat pusara. Di sinilah spiritualitas masyarakat Banyuwangi tumbuh — dengan kesederhanaan dan rasa hormat pada leluhur.

 

Masjid Agung Baiturrahman — Simbol Islam Banyuwangi

Bergeser ke jantung kota, berdiri Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi, salah satu ikon religi paling megah di ujung timur Jawa. Dibangun pada abad ke-18, masjid ini menjadi saksi perjalanan panjang Islam di Banyuwangi.

Masjid ini memiliki arsitektur perpaduan antara gaya Jawa, Arab, dan modern. Kubahnya berwarna emas, menjulang anggun di tengah hiruk-pikuk kota. Di malam hari, cahaya lampunya berpendar lembut, menambah kesan sakral.

Tak hanya sebagai tempat ibadah, Masjid Agung Baiturrahman juga sering dijadikan titik kumpul para peziarah yang ingin memulai perjalanan religi. Di bulan Ramadan, suasananya semakin semarak — azan menggema, anak-anak mengaji, dan jamaah berbuka bersama dengan senyum yang tulus.

 

Makam Sunan Geseng dan Mitos di Baliknya

Selain Sayu Wiwit, Banyuwangi juga memiliki Makam Sunan Geseng, tokoh penyebar Islam yang dikenal karena kesalehan dan karamahnya. Makam ini berada di wilayah Licin, tak jauh dari lereng Ijen.

Menurut cerita warga, Sunan Geseng merupakan murid Sunan Kalijaga yang menyiarkan Islam hingga ke timur Jawa. Nama “Geseng” berasal dari kisah unik: konon ia pernah terbakar oleh api tapi tidak meninggal, melainkan semakin khusyuk berzikir.

Banyak peziarah datang untuk berdoa, terutama saat bulan Sya’ban dan bulan Maulid. Tradisi tahlilan dan pembacaan manaqib di makam ini menjadi simbol perpaduan budaya dan agama yang harmonis.

 

Napak Tilas Religi: Menyatu dengan Alam dan Doa

Bagi para pecinta wisata spiritual, menjelajahi rute wisata religi Banyuwangi terasa seperti perjalanan menembus waktu. Dari Makam Sayu Wiwit di Blambangan, lanjut ke Makam Mbah Alim, lalu berakhir di Masjid Agung Baiturrahman — semuanya menyuguhkan pengalaman batin yang berbeda.

Di sepanjang perjalanan, pengunjung disuguhi pemandangan alam yang menyejukkan mata. Sawah hijau, bukit, dan udara segar menjadi latar yang menenangkan. Banyak juga yang menyebut perjalanan ini sebagai “napak tilas doa” — bentuk penghormatan kepada pendahulu sekaligus penyucian diri dari hiruk pikuk dunia.

Selain berziarah, wisatawan juga bisa mencicipi kuliner lokal seperti sego tempong atau pecel rawon di sekitar area masjid. Sebuah kombinasi sempurna antara wisata spiritual dan wisata budaya.

 

Refleksi: Ziarah yang Menumbuhkan Rasa Syukur

Wisata religi di Banyuwangi bukan sekadar perjalanan fisik menuju makam atau masjid, melainkan perjalanan batin menuju kedamaian. Di setiap tempat, ada nilai moral dan keteladanan yang bisa dipetik: kesabaran Sayu Wiwit, kebijaksanaan Mbah Alim, dan keikhlasan Sunan Geseng.

Banyuwangi seakan mengingatkan kita bahwa ziarah bukan tentang mencari berkah semata, melainkan tentang menghidupkan kembali nilai-nilai spiritual dalam kehidupan modern.

sevenstarindonesi

1. Apa saja destinasi wisata religi yang paling populer di Banyuwangi?
Beberapa yang paling sering dikunjungi antara lain Makam Sayu Wiwit, Makam Mbah Alim, Makam Sunan Geseng, dan Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi.

2. Kapan waktu terbaik untuk berkunjung ke wisata religi Banyuwangi?
Waktu terbaik adalah saat bulan Ramadan, Sya’ban, atau haul tahunan para wali, karena suasana spiritualnya lebih terasa dan ada banyak kegiatan keagamaan yang bisa diikuti.

 Penulis : Vivian Dewi 

REFRENSI : 

Website banyuwangi.viva.co.id

website banyuwangi.suaraindonesia.co.id

Postingan Terkait

Provider Outbound Batu Malang

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *