Minggu, 02 November 2025

Menyegarkan dan Langka! Minuman Tradisional Madiun yang Hampir Punah

Segelas wedang cemue khas Madiun dengan taburan kacang dan potongan roti.


NGLENCER - Saat nama "Madiun" disebut, bayangan apa yang pertama kali terlintas di benak Anda? Hampir pasti jawabannya adalah Nasi Pecel. Kota ini memang identik dengan julukan Kota Gadis dan surga bagi para pencinta sambal kacang. Namun, di balik dominasi pecel yang melegenda, Madiun menyimpan harta karun cair yang kini kian tersembunyi: minuman tradisional Madiun.

Ini bukan tentang es kopi susu kekinian atau bubble tea yang menjamur di setiap sudut jalan protokol. Ini adalah tentang racikan otentik yang telah menghidupi dan menyegarkan generasi-generasi sebelumnya. Sayangnya, banyak dari minuman ini berada di ambang kepunahan.

Seiring derasnya arus modernisasi, minuman-minuman jadul ini perlahan tersisih. Penjualnya semakin menua, sementara generasi penerus lebih memilih meracik espresso. Artikel ini adalah sebuah perjalanan jurnalistik untuk mengintip, mencicipi, dan mendokumentasikan jejak-jejak kesegaran yang hampir hilang dari peta kuliner Madiun.

 

Di Balik Bayang-Bayang Kopi Sus,  Mengapa Minuman Asli Madiun Kian Tersisih?

Fenomena tergerusnya minuman tradisional Madiun bukanlah tanpa sebab. Beberapa faktor kompleks bermain di baliknya, menciptakan badai sempurna yang mendorong minuman otentik ini ke tepi jurang kelangkaan.

Gempuran Tren Kuliner Modern yang Agresif

Harus diakui, lanskap kuliner telah berubah drastis. Munculnya kedai kopi waralaba internasional, gerai boba dengan ratusan varian rasa, dan coffee shop estetis telah mengubah preferensi konsumen, terutama kalangan muda.

Minuman modern menawarkan sesuatu yang sulit ditandingi oleh warung jadul: branding yang kuat, tempat yang instagrammable, dan kecepatan penyajian. Minuman tradisional, dengan penyajiannya yang sederhana dan tempat yang apa adanya, sering kali dianggap "ketinggalan zaman".

Regenerasi Penjual yang Nyaris Berhenti

Banyak penjual minuman legendaris ini adalah para sesepuh yang telah mendedikasikan hidupnya untuk menjaga resep warisan. Masalah muncul ketika regenerasi terhambat.

Membuat minuman tradisional membutuhkan kesabaran, ketelatenan, dan pemahaman mendalam akan bahan baku—keterampilan yang tidak instan. Proses transfer ilmu ini sering kali terputus. Anak-anak mereka mungkin memilih jalur karier yang berbeda, menganggap berjualan minuman jadul tidak lagi menjanjikan secara finansial dibandingkan bekerja di sektor formal.

Kompleksitas Bahan dan Proses Pembuatan

Berbeda dengan minuman instan, banyak minuman tradisional membutuhkan persiapan yang panjang. Mulai dari memarut kelapa untuk santan segar, merebus rempah-rempah seperti jahe dan pandan berjam-jam, hingga proses fermentasi (seperti pada tape ketan).

Proses yang rumit dan memakan waktu ini dianggap tidak efisien di era yang serba cepat. Akibatnya, hanya sedikit yang mau bersusah payah mempertahankan otentisitas rasa, sementara yang lain memilih jalan pintas dengan bahan buatan, yang sayangnya justru mencederai cita rasa aslinya.

 

Penyajian es santan Mbah Taman Madiun yang legendaris dengan tape ketan hitam.

Tiga Permata Tersembunyi, Menelisik Cita Rasa Minuman Tradisional Madiun

Meskipun terancam langka, beberapa penjual masih setia menyajikan warisan kuliner nusantara ini. Berikut adalah tiga contoh minuman khas Madiun yang wajib Anda buru dan cicipi selagi masih ada.

1. Wedang Cemue, Kehangatan Gurih yang Unik

Jika Anda mencari minuman hangat di Madiun selain ronde, Wedang Cemue adalah jawabannya. Ini adalah kuliner legendaris Madiun yang menawarkan sensasi rasa unik.

Berbeda dari wedang jahe biasa, Cemue menggunakan kuah santan encer yang gurih sebagai dasarnya, dipadukan dengan air jahe yang menghangatkan. Isiannya pun tak biasa: ada suwiran roti tawar, kacang tanah sangrai yang renyah, dan terkadang taburan bawang merah goreng. Perpaduan gurih, manis, pedas, dan creamy dalam satu mangkuk ini menciptakan pengalaman rasa yang kompleks dan sangat "Jawa". Menemukan penjual Cemue yang otentik kini semakin sulit, menjadikannya permata yang harus dicari.

2. Es Santan Mbah Taman, Kesederhanaan Legendaris Sejak 1945

Di tengah gempuran es krim modern, Es Santan Mbah Taman bertahan dengan kesederhanaan. Minuman ini adalah bukti bahwa cita rasa hebat tidak perlu bahan yang rumit. Konon, usaha ini telah ada sejak zaman kemerdekaan, tahun 1945.

Apa istimewanya? Es ini adalah perpaduan brilian dari santan segar yang gurih, sirup gula, sedikit larutan kopi hitam, dan tape ketan hitam. Kombinasi santan, kopi, dan tape menciptakan rasa manis-asam-gurih yang menyegarkan tenggorokan. Disajikan dalam gelas sederhana, minuman ini adalah kapsul waktu yang membawa kita kembali ke masa lalu.

3. Es Bajigur Khas Madiun, Cokelat Unik yang Berbeda

Tunggu dulu, jangan bayangkan Es Bajigur seperti yang ada di Jawa Barat. Es Bajigur Madiun memiliki interpretasinya sendiri dan ini yang membuatnya langka.

Jika bajigur Sunda berbasis santan, gula aren, dan kopi, versi Madiun yang legendaris (meski kini sangat sulit ditemukan) justru berupa minuman cokelat yang dicampur dengan potongan kolang-kaling. Rasanya manis legit dengan tekstur kenyal dari kolang-kaling. Minuman ini adalah contoh nyata dari adaptasi kuliner lokal yang unik, sebuah varian yang sayangnya hampir sepenuhnya terlupakan oleh generasi sekarang.

 

Baca Juga: Nikmati Lezatnya Kuliner Khas Madiun yang Bikin Rindu Setiap Gigitan


Lebih dari Sekadar Pelepas Dahaga Peran Penting Minuman Tradisional

Keberadaan minuman tradisional Madiun bukan hanya soal keragaman kuliner. Ada nilai lebih dalam di setiap gelasnya yang perlu disadari.

Jendela Sejarah dan Identitas Budaya

Setiap resep minuman jadul adalah catatan sejarah. Wedang Cemue menceritakan bagaimana masyarakat agraris membutuhkan kehangatan setelah bekerja, sementara Es Santan menceritakan kesederhanaan hidup di masa lalu.

Cita rasa ini adalah bagian dari identitas budaya Madiun. Kehilangan resep-resep ini sama dengan kehilangan sebagian dari cerita dan jati diri kota itu sendiri. Ini adalah warisan kuliner yang tak ternilai harganya.

Menjaga Rantai Ekonomi Lokal

Di balik semangkuk minuman tradisional, ada rantai ekonomi yang bergerak. Ada petani kelapa, petani jahe, perajin gula aren, dan pembuat tape. Ketika kita membeli segelas es santan otentik, kita tidak hanya mendukung si penjual, tetapi juga menghidupi para produsen lokal di hulunya. Ini adalah ekosistem ekonomi mikro yang rentan hancur oleh produk-produk impor atau instan.

 

Upaya Pelestarian: Menjaga Cita Rasa Asli Kota Gadis Tetap Hidup

Apakah sudah terlambat untuk menyelamatkan minuman tradisional Madiun ini? Tentu saja tidak. Namun, upaya pelestarian kuliner ini membutuhkan kerja sama banyak pihak.

Peran Komunitas dan Generasi Muda

Generasi muda memegang kunci. Bukan dengan dipaksa menjadi penjual, tetapi dengan menggunakan keahlian mereka. Promosi digital adalah senjata utama.

Mengulas warung-warung jadul ini di media sosial, membuat konten video yang menarik, dan memetakan lokasi mereka di Google Maps dapat "menghidupkan" kembali kedai-kedai tersembunyi ini. Komunitas pecinta kuliner juga bisa berperan aktif dengan mengadakan tur "jelajah rasa jadul".

Dukungan Pemerintah dan Festival Kuliner

Pemerintah daerah memiliki peran strategis. Mengadakan festival jajanan dan minuman tempo dulu secara rutin—seperti yang pernah dilakukan di beberapa area publik—terbukti efektif untuk mengenalkan kembali kuliner ini.

Selain itu, memberikan dukungan berupa pelatihan branding dan pengemasan kepada para penjual jadul dapat membantu mereka "naik kelas" tanpa harus kehilangan otentisitasnya, agar bisa bersaing di pasar yang lebih modern.

 

Suasana warung minuman jadul di Madiun yang sederhana dan otentik.

Saatnya Mencicipi Sebelum Terlambat

Minuman tradisional Madiun adalah sebuah surat cinta dari masa lalu yang ditulis dalam bahasa rasa. Wedang Cemue, Es Santan, dan varian Es Bajigur lokal adalah sebagian kecil dari kekayaan yang perlahan pudar.

Modernisasi tidak harus berarti membunuh tradisi. Keduanya bisa berjalan beriringan. Namun, itu membutuhkan kesadaran dari kita, para konsumen.

Selagi para penjual setia itu masih ada, selagi resep otentik itu masih terjaga, inilah saatnya. Keluarlah, jelajahi gang-gang kecil kota Madiun, dan temukan kesegaran yang sesungguhnya. Jangan sampai kita hanya bisa menceritakan minuman luar biasa ini kepada anak cucu kita sebagai dongeng, karena kita terlambat untuk mencicipinya.

 

 Sumber Gambar by AI

Penulis: Retno Ajeng T.A (prl)

Postingan Terkait

Provider Outbound Batu Malang

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *