Rabu, 05 November 2025

Jelajahi Kampung Kopi Banyuwangi: Wangi, Hangat, dan Penuh Cerita

Suasana asri dan hangat di Kampung Kopi Banyuwangi, terlihat beberapa rumah tradisional dengan latar perkebunan kopi yang hijau

NGLENCER - Ada sesuatu yang magis setiap kali matahari terbit di lereng Ijen. Embun menggantung pelan di pucuk daun, lalu jatuh perlahan ke tanah yang masih lembap. Di kejauhan, wangi kopi perlahan bangkit dari halaman-halaman rumah warga. Aromanya lembut, tapi cukup kuat untuk membuat langkah terasa lebih ringan. Inilah Banyuwangi—di mana kopi bukan sekadar minuman, tetapi cerita panjang tentang tanah, budaya, dan tangan-tangan yang menjaganya dengan penuh cinta.

Bagi banyak orang, kopi Banyuwangi dikenal karena citarasanya yang bersih dan aromanya yang wangi. Namun bagi masyarakat Osing, kopi adalah identitas. Setiap teguk menyimpan kisah warisan leluhur, setiap biji mengandung napas sejarah. Dan di balik aroma itu, ada satu tempat yang kini menjadi ikon wisata sekaligus panggung bagi cerita kopi Banyuwangi: Kampung Kopi.


Mengenal Kampung Kopi Banyuwangi

Kampung Kopi bukan hanya sebuah destinasi. Ia adalah ruang hidup; tempat di mana budaya Osing, hasil alam, dan keramahan penduduknya berpadu menjadi kesan yang sulit dilupakan.

Kampung Kopi Kemiren: Wajah Budaya Osing

Kemiren selama ini dikenal sebagai desa adat yang memegang teguh nilai-nilai Osing. Di sinilah kopi menjadi bagian dari kehidupan harian—diseduh saat pagi, dinikmati saat sore, dan selalu hadir saat ada tamu datang. Mengunjungi Kemiren berarti masuk ke sebuah ruang yang masih memelihara suasana tempo dulu: jalanan desa yang damai, rumah-rumah kuno dengan ukiran khas Osing, dan senyum hangat warga yang membuat wisatawan merasa seperti sedang pulang ke rumah sendiri.

Kopi di Kemiren tidak sekadar hadir sebagai minuman, melainkan simbol penerimaan. Setiap cangkir adalah salam, setiap wangi adalah sapaan.

Kampong Kopi Gombengsari: Negeri di Atas Awan Kopi

Berada di ketinggian dengan udara yang lebih sejuk, Gombengsari adalah desa yang dipenuhi hamparan kebun kopi seluas mata memandang. Di sinilah banyak wisatawan jatuh cinta pada Banyuwangi—pada hijaunya daun kopi, jalur-jalur setapak, rumah-rumah panggung, dan pemandangan Ijen yang berdiri gagah di kejauhan.

Gombengsari bukan sekadar tempat menanam kopi. Ia adalah ruang belajar yang hidup. Wisatawan bisa melihat proses pengolahan kopi langsung dari para petani: mulai dari memetik, merambang, menjemur, hingga menyangrai. Cerita warga bertemu dengan aroma sangrai yang baru naik dari wajan, menciptakan pengalaman yang sulit digantikan oleh kota mana pun.

 

Baca Juga : 7 Kafe Hits di Banyuwangi dengan View Alam yang Menenangkan

 

Jejak Panjang Kopi Banyuwangi: Dari Ladang Hingga Legenda

Tanah Banyuwangi memiliki sejarah kopi sejak masa kolonial. Iklim yang sejuk, tanah yang subur, dan tutupan hutan yang luas menjadikannya salah satu daerah dengan tanaman kopi terbaik di Jawa Timur.

Generasi demi generasi, petani Banyuwangi merawat kopi seperti merawat masa depan. Mereka mengajarkan anak-anak tentang cara melihat buah yang matang sempurna, tentang waktu terbaik memetik, hingga bagaimana mendengar suara biji yang “pecah” saat disangrai—sebuah pertanda khas bahwa kopi siap diangkat.

Dari proses panjang inilah lahir kopi dengan karakter khas: aroma wangi lembut, body medium, rasa bersih, dan aftertaste yang halus. Ini Alasan mengapa banyak wisatawan menyebut kopi Banyuwangi sebagai kopi yang “hangat dan penuh cerita”.

 

Aktivitas Wisata yang Wajib Dicoba di Kampung Kopi

1. Menyusuri Kebun Kopi di Pagi Hari

Tidak ada yang lebih menenangkan selain berjalan di antara barisan tanaman kopi saat pagi baru dimulai. Cahaya matahari menembus sela-sela daun, membuat butiran embun tampak berkilauan. Wisatawan bisa menyaksikan langsung bagaimana petani memetik buah kopi yang sudah merah sempurna. Mereka melakukannya dengan teliti—buah yang belum benar-benar matang tidak akan disentuh.

Langkah pelan, udara segar, dan aroma tanah yang basah menciptakan suasana yang hanya bisa ditemukan di desa seperti ini.

2. Belajar Proses Sangrai Tradisional

Di banyak rumah warga, proses sangrai masih dilakukan secara manual menggunakan wajan tanah liat. Sensasinya tidak mudah dilupakan: suara biji kopi yang beradu, asap tipis yang membawa aroma wangi, dan tangan petani yang dengan telaten mengaduk tanpa henti agar sangrai merata.

Wisatawan boleh mencoba sendiri. Dan ketika aroma kopi mulai memenuhi ruangan, ada rasa bangga tersendiri—seakan ikut menjadi bagian dari perjalanan panjang kopi Banyuwangi.

3. Mencicipi Kopi Tubruk Osing

Tidak lengkap rasanya datang ke Kampung Kopi tanpa menikmati kopi tubruk yang dibuat dengan cara sederhana namun menghasilkan rasa yang dalam. Kopi diseduh tanpa filter, tanpa gula, tanpa tambahan apa pun. Rasanya jujur, apa adanya, seperti warga Osing yang ramah dan apa adanya.

Kopi tubruk ini memberikan gambaran paling otentik tentang karakter kopi Banyuwangi.

4. Workshop dan Edukasi Kopi

Bagi wisatawan yang ingin belajar lebih dalam, beberapa rumah edukasi dan kelompok petani menyediakan workshop, seperti:

  • cupping test
  • mengenal jenis-jenis roast
  • cara menyeduh kopi dengan berbagai metode
  • pengenalan karakter rasa

Workshop ini cocok bagi penikmat kopi yang ingin memahami kopi Banyuwangi dari sisi ilmiah dan teknis.

 

Kisah Warga: Hangat, Sederhana, dan Berkesan

Ada satu hal yang membuat banyak wisatawan betah di Kampung Kopi: keramahan warga. Mereka tidak segan bercerita, mengajak duduk, atau menyeduhkan kopi meski Anda baru saja tiba.

Cerita-cerita mereka selalu mengalir:
Tentang masa kecil di kebun,
tentang perjuangan bertani saat musim hujan,
tentang bagaimana kopi menghidupi banyak keluarga di desa.

Satu cangkir bisa menghasilkan cerita panjang. Dan dari tutur kata mereka, Anda bisa merasakan bahwa kopi bukan sekadar komoditas—kopi adalah kebanggaan.

 

Kampung Kopi

Kampung Kopi sebagai Wisata Edukasi dan Pemberdayaan Ekonomi

Kehadiran Kampung Kopi membawa perubahan besar bagi warga. Kini desa-desa kopi di Banyuwangi bukan hanya pusat produksi, tetapi juga ruang wisata edukasi yang mampu:

  • memberdayakan UMKM lokal
  • membuka lapangan kerja
  • menghidupkan kembali budaya Osing
  • memperkenalkan kopi Banyuwangi ke wisatawan nasional dan mancanegara

Banyak pemuda desa kini kembali tinggal di kampung dan mengembangkan usaha berbasis kopi. Dari kedai kecil, home roastery, hingga bisnis makanan ringan berbahan kopi—semuanya tumbuh dari semangat yang sama: menjaga warisan sambil membuka peluang baru.

 

Tips Berkunjung ke Kampung Kopi Banyuwangi

  • Waktu terbaik: pagi hari sebelum pukul 10.00 atau sore setelah 15.00.
  • Pakai alas kaki yang nyaman: beberapa jalur berupa tanah dan bebatuan.
  • Hargai privasi warga: minta izin jika ingin mengambil foto dekat rumah atau kegiatan mereka.
  • Beli produk lokal: selain membantu ekonomi warga, rasa kopi yang Anda bawa pulang jauh lebih segar dan berkualitas.

 

Wangi, Hangat, dan Penuh Cerita

Kampung Kopi Banyuwangi adalah tempat di mana waktu berjalan lebih pelan. Aroma kopi, suara angin, tawa warga, dan tepian daun yang bergoyang pelan menciptakan harmoni yang sulit ditemukan di tempat lain. Ia bukan hanya destinasi wisata; ia adalah ruang untuk belajar tentang kesederhanaan, kerja keras, dan cinta terhadap tanah.

Saat Anda menyeruput kopi Banyuwangi, Anda tidak hanya merasakan rasa. Anda sedang merasakan perjalanan panjang yang tumbuh dari lereng Ijen—wangi, hangat, dan penuh cerita.

sevenstarindonesi

1. Di mana lokasi Kampung Kopi Banyuwangi?

Kampung Kopi berada di beberapa desa, seperti Kemiren dan Gombengsari, yang terletak di wilayah Banyuwangi bagian barat dan utara. Semua lokasi mudah dijangkau dari pusat kota dengan kendaraan.

2. Apakah wisatawan bisa ikut memetik kopi?

Bisa. Beberapa kelompok petani membuka paket edukasi yang memungkinkan wisatawan mencoba memetik, menjemur, hingga belajar sangrai kopi secara langsung.


REFERENSI: 

Website kopinesia

Website tourbanyuwangi


Penulis : Vivian Dewi 

Postingan Terkait

Provider Outbound Batu Malang

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *