Jelajahi Kampung Kopi Banyuwangi: Wangi, Hangat, dan Penuh Cerita
NGLENCER - Ada sesuatu yang magis setiap
kali matahari terbit di lereng Ijen. Embun menggantung pelan di pucuk daun,
lalu jatuh perlahan ke tanah yang masih lembap. Di kejauhan, wangi kopi
perlahan bangkit dari halaman-halaman rumah warga. Aromanya lembut, tapi cukup
kuat untuk membuat langkah terasa lebih ringan. Inilah Banyuwangi—di mana kopi
bukan sekadar minuman, tetapi cerita panjang tentang tanah, budaya, dan
tangan-tangan yang menjaganya dengan penuh cinta.
Bagi banyak orang, kopi
Banyuwangi dikenal karena citarasanya yang bersih dan aromanya yang wangi.
Namun bagi masyarakat Osing, kopi adalah identitas. Setiap teguk menyimpan
kisah warisan leluhur, setiap biji mengandung napas sejarah. Dan di balik aroma
itu, ada satu tempat yang kini menjadi ikon wisata sekaligus panggung bagi
cerita kopi Banyuwangi: Kampung Kopi.
Mengenal Kampung Kopi
Banyuwangi
Kampung Kopi bukan hanya sebuah
destinasi. Ia adalah ruang hidup; tempat di mana budaya Osing, hasil alam, dan
keramahan penduduknya berpadu menjadi kesan yang sulit dilupakan.
Kampung Kopi Kemiren:
Wajah Budaya Osing
Kemiren selama ini dikenal
sebagai desa adat yang memegang teguh nilai-nilai Osing. Di sinilah kopi menjadi
bagian dari kehidupan harian—diseduh saat pagi, dinikmati saat sore, dan selalu
hadir saat ada tamu datang. Mengunjungi Kemiren berarti masuk ke sebuah ruang
yang masih memelihara suasana tempo dulu: jalanan desa yang damai, rumah-rumah
kuno dengan ukiran khas Osing, dan senyum hangat warga yang membuat wisatawan
merasa seperti sedang pulang ke rumah sendiri.
Kopi di Kemiren tidak sekadar
hadir sebagai minuman, melainkan simbol penerimaan. Setiap cangkir adalah
salam, setiap wangi adalah sapaan.
Kampong Kopi Gombengsari:
Negeri di Atas Awan Kopi
Berada di ketinggian dengan udara
yang lebih sejuk, Gombengsari adalah desa yang dipenuhi hamparan kebun kopi
seluas mata memandang. Di sinilah banyak wisatawan jatuh cinta pada
Banyuwangi—pada hijaunya daun kopi, jalur-jalur setapak, rumah-rumah panggung,
dan pemandangan Ijen yang berdiri gagah di kejauhan.
Gombengsari bukan sekadar tempat
menanam kopi. Ia adalah ruang belajar yang hidup. Wisatawan bisa melihat proses
pengolahan kopi langsung dari para petani: mulai dari memetik, merambang,
menjemur, hingga menyangrai. Cerita warga bertemu dengan aroma sangrai yang
baru naik dari wajan, menciptakan pengalaman yang sulit digantikan oleh kota
mana pun.
Baca Juga : 7 Kafe Hits di Banyuwangi dengan View Alam yang Menenangkan
Jejak Panjang Kopi
Banyuwangi: Dari Ladang Hingga Legenda
Tanah Banyuwangi memiliki sejarah
kopi sejak masa kolonial. Iklim yang sejuk, tanah yang subur, dan tutupan hutan
yang luas menjadikannya salah satu daerah dengan tanaman kopi terbaik di Jawa
Timur.
Generasi demi generasi, petani
Banyuwangi merawat kopi seperti merawat masa depan. Mereka mengajarkan
anak-anak tentang cara melihat buah yang matang sempurna, tentang waktu terbaik
memetik, hingga bagaimana mendengar suara biji yang “pecah” saat
disangrai—sebuah pertanda khas bahwa kopi siap diangkat.
Dari proses panjang inilah lahir
kopi dengan karakter khas: aroma wangi lembut, body medium, rasa bersih, dan
aftertaste yang halus. Ini Alasan mengapa banyak wisatawan menyebut kopi
Banyuwangi sebagai kopi yang “hangat dan penuh cerita”.
Aktivitas Wisata yang
Wajib Dicoba di Kampung Kopi
1. Menyusuri Kebun Kopi di
Pagi Hari
Tidak ada yang lebih menenangkan
selain berjalan di antara barisan tanaman kopi saat pagi baru dimulai. Cahaya
matahari menembus sela-sela daun, membuat butiran embun tampak berkilauan.
Wisatawan bisa menyaksikan langsung bagaimana petani memetik buah kopi yang
sudah merah sempurna. Mereka melakukannya dengan teliti—buah yang belum
benar-benar matang tidak akan disentuh.
Langkah pelan, udara segar, dan
aroma tanah yang basah menciptakan suasana yang hanya bisa ditemukan di desa
seperti ini.
2. Belajar Proses Sangrai
Tradisional
Di banyak rumah warga, proses
sangrai masih dilakukan secara manual menggunakan wajan tanah liat. Sensasinya
tidak mudah dilupakan: suara biji kopi yang beradu, asap tipis yang membawa
aroma wangi, dan tangan petani yang dengan telaten mengaduk tanpa henti agar
sangrai merata.
Wisatawan boleh mencoba sendiri.
Dan ketika aroma kopi mulai memenuhi ruangan, ada rasa bangga tersendiri—seakan
ikut menjadi bagian dari perjalanan panjang kopi Banyuwangi.
3. Mencicipi Kopi Tubruk
Osing
Tidak lengkap rasanya datang ke
Kampung Kopi tanpa menikmati kopi tubruk yang dibuat dengan cara sederhana
namun menghasilkan rasa yang dalam. Kopi diseduh tanpa filter, tanpa gula,
tanpa tambahan apa pun. Rasanya jujur, apa adanya, seperti warga Osing yang
ramah dan apa adanya.
Kopi tubruk ini memberikan
gambaran paling otentik tentang karakter kopi Banyuwangi.
4. Workshop dan Edukasi
Kopi
Bagi wisatawan yang ingin belajar
lebih dalam, beberapa rumah edukasi dan kelompok petani menyediakan workshop,
seperti:
- cupping test
- mengenal jenis-jenis roast
- cara menyeduh kopi dengan berbagai metode
- pengenalan karakter rasa
Workshop ini cocok bagi penikmat
kopi yang ingin memahami kopi Banyuwangi dari sisi ilmiah dan teknis.
Kisah Warga: Hangat,
Sederhana, dan Berkesan
Ada satu hal yang membuat banyak
wisatawan betah di Kampung Kopi: keramahan warga. Mereka tidak segan bercerita,
mengajak duduk, atau menyeduhkan kopi meski Anda baru saja tiba.
Cerita-cerita mereka selalu
mengalir:
Tentang masa kecil di kebun,
tentang perjuangan bertani saat musim hujan,
tentang bagaimana kopi menghidupi banyak keluarga di desa.
Satu cangkir bisa menghasilkan
cerita panjang. Dan dari tutur kata mereka, Anda bisa merasakan bahwa kopi
bukan sekadar komoditas—kopi adalah kebanggaan.
Kampung Kopi sebagai
Wisata Edukasi dan Pemberdayaan Ekonomi
Kehadiran Kampung Kopi membawa
perubahan besar bagi warga. Kini desa-desa kopi di Banyuwangi bukan hanya pusat
produksi, tetapi juga ruang wisata edukasi yang mampu:
- memberdayakan UMKM lokal
- membuka lapangan kerja
- menghidupkan kembali budaya Osing
- memperkenalkan kopi Banyuwangi ke wisatawan
nasional dan mancanegara
Banyak pemuda desa kini kembali tinggal
di kampung dan mengembangkan usaha berbasis kopi. Dari kedai kecil, home
roastery, hingga bisnis makanan ringan berbahan kopi—semuanya tumbuh dari
semangat yang sama: menjaga warisan sambil membuka peluang baru.
Tips Berkunjung ke Kampung
Kopi Banyuwangi
- Waktu terbaik: pagi hari sebelum pukul
10.00 atau sore setelah 15.00.
- Pakai alas kaki yang nyaman: beberapa jalur berupa tanah
dan bebatuan.
- Hargai privasi warga: minta izin jika ingin
mengambil foto dekat rumah atau kegiatan mereka.
- Beli produk lokal: selain membantu ekonomi
warga, rasa kopi yang Anda bawa pulang jauh lebih segar dan berkualitas.
Wangi, Hangat, dan Penuh
Cerita
Kampung Kopi Banyuwangi adalah
tempat di mana waktu berjalan lebih pelan. Aroma kopi, suara angin, tawa warga,
dan tepian daun yang bergoyang pelan menciptakan harmoni yang sulit ditemukan
di tempat lain. Ia bukan hanya destinasi wisata; ia adalah ruang untuk belajar
tentang kesederhanaan, kerja keras, dan cinta terhadap tanah.
Saat Anda menyeruput kopi
Banyuwangi, Anda tidak hanya merasakan rasa. Anda sedang merasakan perjalanan panjang
yang tumbuh dari lereng Ijen—wangi, hangat, dan penuh cerita.

1. Di mana lokasi Kampung
Kopi Banyuwangi?
Kampung Kopi berada di beberapa
desa, seperti Kemiren dan Gombengsari, yang terletak di wilayah Banyuwangi
bagian barat dan utara. Semua lokasi mudah dijangkau dari pusat kota dengan
kendaraan.
2. Apakah wisatawan bisa
ikut memetik kopi?
Bisa. Beberapa kelompok petani
membuka paket edukasi yang memungkinkan wisatawan mencoba memetik, menjemur,
hingga belajar sangrai kopi secara langsung.
REFERENSI:
Website kopinesia
Website tourbanyuwangi
Penulis : Vivian Dewi


.webp)