Menelusuri Jejak Wali di Madiun, Wisata Religi yang Sarat Makna Spiritual

NGLENCER - Madiun, sebuah kota yang dikenal dengan julukan "Kota
Pendekar" dan kelezatan pecelnya, ternyata menyimpan lapisan sejarah
spiritual yang dalam. Jauh sebelum hiruk pikuk modernitas, tanah ini adalah
persinggahan penting dalam penyebaran ajaran Islam di Tanah Jawa. Berbagai
peninggalan, makam kuno, dan masjid bersejarah menjadi saksi bisu perjuangan
para 'Wali' atau tokoh penyebar agama.
Bagi banyak orang, wisata religi bukan sekadar
perjalanan fisik, melainkan sebuah ziarah batin untuk mencari ketenangan
dan menapaki kembali sejarah. Mengunjungi situs-situs ini adalah cara untuk
terhubung dengan warisan leluhur dan meresapi nilai-nilai spiritual yang mereka
tinggalkan. Artikel ini akan mengajak Anda menelusuri jejak Wali di Madiun,
mengungkap lokasi-lokasi penuh berkah yang sering kali luput dari perhatian.
Perjalanan ini bukan hanya tentang melihat batu nisan, tetapi tentang
memahami keteladanan, kearifan lokal, dan bagaimana Madiun terbentuk menjadi
pusat peradaban yang religius.
Jantung Spiritual
Madiun Kompleks Masjid Kuno dan Makam Kuncen
Kisah penyebaran Islam di Madiun tidak bisa dilepaskan dari satu kawasan
vital: Kuncen. Terletak di wilayah yang kini menjadi bagian dari Kota Madiun,
kompleks ini adalah episentrum peradaban Islam pertama di wilayah tersebut.
Masjid Kuno Kuncen:
Saksi Bisu Syiar Islam Pertama
Masjid Kuno Kuncen, yang kini juga dikenal dengan nama Masjid Nur
Hidayatullah, diyakini sebagai salah satu masjid tertua di Madiun. Didirikan
pada abad ke-16, arsitekturnya adalah perwujudan nyata dari akulturasi budaya.
Atapnya yang berbentuk limasan tumpang tiga adalah ciri khas arsitektur masjid
Jawa kuno, yang sarat dengan filosofi.
Di dalam masjid, suasana hening dan sakral langsung
terasa. Pilar-pilar kayu jati kokoh yang menopang bangunan seolah menyimpan
jutaan doa yang telah dipanjatkan selama berabad-abad. Keberadaan masjid ini
adalah bukti bahwa pusat syiar Islam selalu dimulai dari pendirian tempat
ibadah sebagai fondasi komunitas.
Tak jauh dari masjid, terdapat sebuah sendang (mata
air) kuno, yang dikenal sebagai Sendang Kuncen. Dahulu, sendang ini menjadi
sumber air utama untuk bersuci (wudhu) bagi para jamaah dan musafir.
Peristirahatan Pangeran Timur, Sang Perintis Madiun
Di dalam kompleks yang sama, terdapat Makam Kuncen,
sebuah area pemakaman bersejarah. Tokoh sentral yang dimakamkan di sini adalah
Pangeran Timur. Beliau bukanlah sosok sembarangan; Pangeran Timur adalah putra
dari Sultan Trenggono, Raja Demak ketiga.
Beliau dikenal juga dengan nama Ki Ageng Panembahan
Ronggo Djoemeno dan merupakan Bupati Madiun pertama (sekitar 1568-1586).
Perannya sangat krusial dalam mengubah Madiun dari sebuah kadipaten kecil
menjadi pusat pemerintahan yang berasaskan nilai-nilai Islam. Makam Pangeran
Timur di Kuncen menjadi bukti tak terbantahkan bahwa Madiun memiliki garis
sejarah yang terhubung langsung dengan Kesultanan Demak, salah satu kerajaan
Islam terbesar di Jawa.
Berziarah ke makam ini, peziarah tidak hanya mendoakan
sang tokoh, tetapi juga merenungkan bagaimana seorang pemimpin bisa sekaligus
menjadi penyebar ajaran agama.

Warisan Sang Waliyullah
Ki Ageng Basyariyah di Sewulan
Perjalanan menelusuri jejak Wali di Madiun akan membawa kita sedikit
bergeser ke wilayah Kabupaten Madiun, tepatnya di Desa Sewulan, Kecamatan
Dagangan. Di sinilah bersemayam seorang tokoh besar yang garis keturunannya
tersambung hingga ke para Wali Songo.
Napak Tilas Leluhur
Agung
Tokoh tersebut adalah Ki Ageng Basyariyah. Beliau diyakini
sebagai Waliyullah yang memiliki silsilah mulia, terhubung dengan Panembahan
Senopati (pendiri Mataram Islam) dan bahkan Maulana Malik Ibrahim (Sunan
Gresik). Ki Ageng Basyariyah, yang juga dikenal sebagai Raden Mas Bagus Harun,
memilih Sewulan sebagai pusat dakwahnya.
Kisah beliau adalah tentang kesederhanaan dan ketekunan. Beliau datang
ke wilayah ini bukan dengan kekuasaan, melainkan dengan ilmu dan keteladanan.
Kompleks makam di Sewulan kini menjadi salah satu destinasi ziarah utama di
Madiun, selalu ramai dikunjungi oleh peziarah dari berbagai penjuru, terutama
pada momen-momen tertentu dalam kalender Islam.
Pusat Pendidikan:
Masjid dan Pesantren Warisan Dakwah
Sama seperti di Kuncen, jejak dakwah Ki Ageng Basyariyah juga ditandai
dengan pendirian masjid dan pusat pendidikan. Di dekat kompleks makam, berdiri
sebuah masjid agung yang menjadi pusat ibadah masyarakat.
Lebih dari itu, beliau merintis sebuah pondok
pesantren yang menjadi kawah candradimuka bagi para pencari ilmu agama. Warisan
intelektual dan spiritual inilah yang membuat nama Ki Ageng Basyariyah
abadi. Menariknya, dari garis keturunan beliaulah lahir banyak ulama besar dan
bahkan tokoh nasional. Ini menunjukkan betapa kuatnya fondasi spiritual dan
pendidikan yang beliau tanamkan di tanah Sewulan.
Titik-Titik Spiritual
Lain di Ranah Madiun
Selain dua kompleks utama di Kuncen dan Sewulan, Madiun masih menyimpan
beberapa situs yang diyakini sebagai petilasan atau makam tokoh-tokoh spiritual
lainnya.
Ketenangan Makam Ki
Ageng Anom Besari
Di wilayah Caruban, yang juga bagian dari Kabupaten Madiun, terdapat
makam Ki Ageng Anom Besari. Beliau juga dihormati sebagai Waliyullah
yang berperan besar dalam menyebarkan Islam di wilayah Madiun bagian utara.
Suasana di makam ini terkenal sangat tenang dan teduh. Banyak peziarah
datang untuk mencari ketenangan batin, bertawassul, dan merenungkan
kesederhanaan hidup yang diajarkan oleh sang tokoh.
Masjid Kuno Taman dan
Jejak Sejarah Lainnya
Kembali ke wilayah kota, terdapat Masjid Kuno Taman. Meskipun
tidak setenar Masjid Kuncen, masjid ini juga memiliki nilai sejarah yang
penting sebagai bagian dari jaringan dakwah di masa lalu. Arsitekturnya yang
masih mempertahankan ciri khas Jawa menjadi daya tarik tersendiri bagi para
penggiat sejarah dan spiritualitas.
Baca Juga: Rute Baru Kota Gadis, Mengapa 'Jalan Jalan ke Madiun' Adalah Rencana Terbaik Anda Tahun Ini
Pengalaman Ziarah Lebih
dari Sekadar Kunjungan
Melakukan wisata religi di Madiun menawarkan pengalaman yang berbeda.
Ini bukan tentang kemewahan fasilitas, melainkan tentang kekayaan batin yang
didapat.
Meresapi Makna dalam
Hening
Berbeda dengan destinasi wisata modern, kekuatan utama dari ziarah
Madiun terletak pada keheningannya. Saat duduk bersimpuh di depan makam
Pangeran Timur atau Ki Ageng Basyariyah, peziarah diajak untuk melepaskan
sejenak urusan duniawi.
Ini adalah momen untuk refleksi diri (muhasabah), mendoakan para
pendahulu yang telah berjasa, dan mengisi kembali energi spiritual. Suara adzan
dari masjid kuno di dekatnya, semilir angin, dan aroma dupa yang sesekali
tercium, semuanya berpadu menciptakan atmosfer spiritual yang kental.
Etika dan Kearifan
Lokal Saat Berziarah
Sebagai seorang peziarah, sangat penting untuk menghormati adab dan
etika setempat. Berikut adalah beberapa panduan praktis:
- Berpakaian Sopan: Gunakan pakaian yang rapi, bersih, dan menutup
aurat. Ini adalah bentuk penghormatan dasar saat memasuki tempat suci.
- Menjaga Ketenangan: Hindari berbicara terlalu keras, tertawa
terbahak-bahak, atau membuat kegaduhan. Makam adalah tempat untuk
refleksi, bukan rekreasi semata.
- Niat yang Tulus: Luruskan niat bahwa kedatangan Anda adalah untuk
mendoakan, mengambil pelajaran (ibrah), dan mendekatkan diri kepada Sang
Pencipta.
- Ikuti Aturan: Patuhi arahan dari juru kunci atau pengurus
makam. Jangan melakukan ritual yang tidak sesuai dengan ajaran atau
kearifan lokal.

Madiun sebagai
Destinasi Spiritual yang Utuh
Menelusuri jejak Wali di Madiun adalah sebuah perjalanan yang
memperkaya jiwa. Dari Makam Kuncen yang menjadi saksi berdirinya pemerintahan
Islam pertama oleh Pangeran Timur, hingga ke Sewulan yang menyimpan warisan
ilmu Ki Ageng Basyariyah, Madiun membuktikan dirinya sebagai simpul penting
dalam sejarah spiritualitas Jawa.
Destinasi-destinasi ini mungkin tidak sepopuler makam
Wali Songo lainnya, namun justru di situlah letak keistimewaannya. Ketenangan,
keaslian sejarah, dan makna spiritual yang mendalam adalah harta karun
tersembunyi yang ditawarkan Madiun.
Bagi siapa pun yang mencari ketenangan batin,
inspirasi dari keteladanan para tokoh mulia, atau sekadar ingin memahami
sejarah Islam lebih dalam, Madiun adalah halaman sejarah yang terbuka untuk
dijelajahi.
Sumber Gambar by AI
Peulis: Retno Ajeng T.A (prl)
