Senin, 06 Oktober 2025

Kue Bikang Peneleh, Warisan Kuliner Manis yang Selalu Bikin Rindu

Kue Bikang Peneleh, Warisan Kuliner Manis yang Selalu Bikin Rindu

NGLENCER - Surabaya tidak hanya dikenal dengan kuliner pedas dan gurihnya, tetapi juga memiliki warisan manis yang legendaris: Kue Bikang Peneleh. Kue ini menjadi salah satu kudapan tradisional yang masih digemari hingga kini. Bentuknya yang merekah seperti bunga, warna-warni yang cantik, dan aroma harum khas membuatnya selalu menarik perhatian siapa pun yang lewat di kawasan penjual kue ini.

Rasa manisnya tidak berlebihan, teksturnya lembut, dan saat digigit menghadirkan sensasi nostalgia. Kue bikang bukan sekadar jajanan pasar, melainkan bagian dari identitas kuliner Jawa Timur, terutama Surabaya.

 

Sejarah Singkat Kue Bikang Peneleh

Awal Mula dari Kawasan Legendaris

Kue bikang disebut “Peneleh” karena banyak dijajakan di kawasan Peneleh, Surabaya, yang dikenal sebagai salah satu pusat kuliner tradisional. Dari sanalah kue ini menyebar ke berbagai pasar dan toko kue di Jawa Timur. Awalnya, bikang dibuat secara sederhana sebagai suguhan untuk keluarga dan acara hajatan. Namun seiring berkembangnya waktu, popularitasnya meningkat pesat.

Kudapan Khas yang Menjadi Ciri Khas Kota

Kini, kue bikang peneleh telah menjadi oleh-oleh khas Surabaya yang banyak diburu wisatawan. Tak hanya warga lokal, banyak pelancong dari luar kota yang menjadikan kue ini sebagai buah tangan untuk keluarga di rumah. Keaslian rasa dan tampilannya yang khas menjadi daya tarik tersendiri.

 

Keunikan Tekstur dan Rasa

Bentuk Merekah Seperti Bunga

Salah satu hal yang membuat kue bikang begitu ikonik adalah bentuknya yang merekah. Bentuk ini bukan hanya estetika, melainkan juga berfungsi menjaga kelembutan bagian dalam kue saat dipanggang. Ketika kue matang, bagian tengah tetap lembut dan manis, sedangkan pinggirannya sedikit kering sehingga memberikan kontras tekstur yang menarik.

Aroma Harum yang Menggoda

Proses memasak kue bikang melibatkan campuran tepung beras, santan, gula, dan pewarna alami. Saat adonan dipanggang dalam cetakan khusus, aroma harum khas santan dan gula menguar ke udara. Aroma inilah yang sering menggoda pengunjung untuk berhenti sejenak dan membeli.

Perpaduan Warna yang Menarik

Selain rasanya yang nikmat, warna kue bikang yang cerah dan menggugah selera juga menjadi daya tarik. Biasanya digunakan warna merah muda, hijau, dan putih. Warna-warna ini memberikan kesan ceria dan menjadi ciri khas jajanan pasar tradisional Indonesia.

 

Baca Juga: Kue Mente Surabaya, Oleh-Oleh Renyah dengan Kelezatan Kacang Pilihan


Proses Pembuatan yang Masih Tradisional

Adonan yang Harus Tepat

Membuat kue bikang tidak bisa sembarangan. Takaran adonan harus pas agar teksturnya bisa merekah sempurna. Terlalu encer membuat kue gagal mengembang, sementara terlalu kental membuatnya bantat. Keahlian ini diwariskan secara turun-temurun oleh para pembuat kue tradisional.

Teknik Memanggang yang Khas

Kue bikang dipanggang menggunakan cetakan besi di atas bara api kecil. Proses ini membutuhkan kesabaran karena adonan harus matang merata tanpa gosong. Teknik pemanggangan manual inilah yang memberikan rasa khas yang sulit ditiru oleh oven modern.

Kue Bikang dalam Kehidupan Masyarakat

Hidangan Wajib di Acara Tradisional

Kue bikang sering hadir dalam berbagai acara seperti syukuran, arisan, atau upacara adat. Keberadaannya bukan sekadar pelengkap, tetapi juga memiliki makna kebersamaan dan kemakmuran. Bentuknya yang merekah sering diartikan sebagai simbol rezeki yang terbuka.

Jajanan Pasar yang Tetap Eksis

Meskipun kini bermunculan berbagai kue modern, kue bikang tetap bertahan sebagai favorit banyak orang. Banyak pasar tradisional di Surabaya dan kota lain di Jawa Timur yang masih menjual kue ini setiap pagi. Tekstur dan rasanya yang autentik membuatnya sulit tergantikan.

 

Baca Juga: Lapis Legit Surabaya: Cita Rasa Premium yang Wajib Dibawa Pulang


Tips Menikmati Kue Bikang Peneleh

Nikmati Selagi Hangat

Kue bikang paling nikmat disantap dalam keadaan hangat, ketika bagian dalamnya masih lembut dan aromanya terasa kuat. Menyantapnya dengan secangkir teh atau kopi hangat akan semakin melengkapi suasana pagi.

Simpan dengan Benar

Jika ingin menikmatinya nanti, simpan kue bikang dalam wadah tertutup agar tidak cepat kering. Hindari menyimpannya di kulkas karena dapat mengubah tekstur kue.

Pilih yang Berwarna Cerah Alami

Warna cerah pada kue bikang sebaiknya berasal dari pewarna alami seperti daun pandan atau bit. Selain lebih sehat, warnanya juga memberikan kesan tradisional yang kuat.

 

nglencer.id

Warisan Kuliner Manis yang Terus Dicintai

Kue Bikang Peneleh bukan sekadar jajanan manis, melainkan warisan kuliner yang menyimpan kenangan masa lalu. Cita rasa manisnya yang lembut, bentuk unik, serta aroma khas menjadikannya salah satu kuliner tradisional yang selalu dirindukan.

Bagi wisatawan, menikmati kue bikang peneleh adalah cara sederhana untuk mengenal kekayaan budaya kuliner Surabaya. Sedangkan bagi warga lokal, kue ini adalah simbol kehangatan keluarga dan nostalgia masa kecil yang tak tergantikan.


Penulis : Wilda Maulidia (lid)

 

Postingan Terkait

Provider Outbound Batu Malang

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *