Kesenian Dongkrek, Warisan Budaya Unik dari Madiun
NGLENCER - Di tengah gemerlap budaya modern, sering kali tersimpan warisan
adiluhung yang lahir dari rahim sejarah, keprihatinan, dan harapan. Salah
satunya adalah Kesenian Dongkrek, sebuah seni pertunjukan magis dan
teatrikal dari Madiun, Jawa Timur. Jauh dari sekadar hiburan, Dongkrek adalah
sebuah narasi tentang perjuangan manusia melawan pagebluk, representasi
pertarungan abadi antara kebaikan dan kejahatan, yang dibalut dalam musik
ritmis dan topeng-topeng ekspresif.
Bagi banyak orang di luar Madiun, nama Dongkrek mungkin terdengar asing.
Namun, di balik namanya yang unik, tersimpan sebuah filosofi mendalam dan
sejarah yang menjadikannya salah satu warisan budaya paling otentik di Jawa
Timur. Mari selami lebih dalam kisah dan makna di balik kesenian yang memukau
ini.
Sejarah Lahirnya
Dongkrek Seni yang Tercipta dari Keprihatinan
Setiap seni besar sering kali lahir dari peristiwa besar. Begitu pula
dengan Kesenian Dongkrek yang akarnya tertancap pada sebuah tragedi
kemanusiaan di masa lampau.
Berawal
dari Pagebluk (Wabah Penyakit)
Menurut catatan sejarah lisan, Dongkrek lahir sekitar abad ke-19 di
wilayah Caruban, yang kini menjadi bagian dari Kabupaten Madiun. Kala itu,
masyarakat sedang dilanda pagebluk atau wabah penyakit mematikan yang
merenggut banyak korban jiwa. Berbagai upaya medis dan tradisional telah
dilakukan, namun wabah tak kunjung reda. Suasana desa menjadi mencekam,
dipenuhi ketakutan dan duka.
Sebuah
Ritual Pengusir Roh Jahat
Di tengah keputusasaan tersebut, seorang petinggi di Desa Mejayan
mendapatkan wangsit atau ilham spiritual. Ia diyakini menciptakan sebuah bentuk
seni pertunjukan sebagai ritual tolak bala untuk mengusir roh-roh jahat
yang dianggap sebagai penyebab wabah. Dengan mengumpulkan warga, ia menciptakan
musik dan tarian dengan karakter-karakter simbolis. Kesenian ini kemudian
diarak keliling desa dari rumah ke rumah, dengan harapan suara bising dan
gerakan teatrikalnya mampu mengusir energi negatif dan memulihkan desa.
Membedah Elemen
Kesenian Dongkrek
Keunikan Kesenian Dongkrek terletak pada perpaduan harmonis antara
musik, gerak tari, dan karakterisasi visual melalui topeng. Setiap elemen
memiliki makna filosofis yang mendalam.
Filosofi
di Balik Nama "Dongkrek"
Nama "Dongkrek" sendiri bersifat onomatope, atau berasal dari
tiruan bunyi. Nama ini diambil dari dua bunyi dominan yang dihasilkan oleh alat
musiknya:
- "DONG": Suara yang
berasal dari instrumen sejenis kenong atau gong kecil yang dipukul,
menghasilkan dentuman bass yang dalam dan menggema.
- "KREK": Suara serutan
yang khas dari alat musik korek, yaitu sebuah balok kayu yang diukir
bergerigi dan digesek dengan kayu atau tanduk, menghasilkan suara
"krek... krek... krek..." yang tajam dan ritmis.
Gabungan kedua bunyi inilah yang membentuk identitas nama Kesenian
Dongkrek.
Alat
Musik: Orkestra Sederhana Penuh Makna
Musik Dongkrek menciptakan atmosfer yang magis dan sedikit menyeramkan,
bertujuan untuk membangkitkan suasana spiritual. Orkestranya terdiri dari
alat-alat musik sederhana namun efektif:
- Gong/Kenong: Memberikan
penekanan dan irama dasar yang berat.
- Korek: Sumber suara
"krek" yang ikonik, menjaga tempo dan memberikan warna musik
yang unik.
- Bedug &
Kendang: Menambah dinamika dan hentakan ritmis yang membangkitkan semangat.
- Kentongan (dari
bambu): Menghasilkan suara nyaring sebagai tanda atau penanda dalam
komposisi musik.
Karakter
dan Topeng Pertarungan Abadi Baik Melawan Jahat
Visualisasi adalah kunci dari pertunjukan Dongkrek. Para penampil
mengenakan topeng (kedok) yang merepresentasikan karakter-karakter tertentu.
Raksasa (Buto): Simbol Kejahatan dan Penyakit Karakter utama yang
paling menonjol adalah Raksasa atau Buto. Dengan topeng yang
menyeramkan, mata melotot, taring tajam, dan rambut gimbal, karakter ini adalah
visualisasi dari roh jahat, penyakit, dan segala bentuk keburukan yang
mengancam kehidupan manusia.
Orang Tua Bijaksana: Lambang Kebijaksanaan Melawan kekuatan
Raksasa adalah karakter Orang Tua Bijaksana. Topengnya menggambarkan
sosok kakek atau nenek dengan wajah tenang dan berwibawa. Karakter ini
melambangkan akal sehat, kebijaksanaan, doa, dan kekuatan spiritual yang
menjadi penuntun masyarakat dalam menghadapi kesulitan.
Dua Gadis Perawan: Simbol Kehidupan dan Harapan Karakter ini
digambarkan oleh dua penari perempuan (atau laki-laki yang berdandan seperti
perempuan). Mereka melambangkan kesucian, kehidupan, harapan, dan generasi baru
yang harus dilindungi dari kekuatan jahat.
Baca Juga: Nasi Pecel Madiun, Cita Rasa Legendaris yang Membuat Kota Ini Terkenal
Dari Ritual Sakral
Menuju Seni Pertunjukan
Seiring berjalannya waktu dan redanya wabah, fungsi Kesenian Dongkrek
perlahan bergeser. Dari sebuah ritual yang murni sakral, ia bertransformasi
menjadi seni pertunjukan yang diapresiasi nilai estetikanya.
Prosesi
Arak-arakan yang Khas
Format asli Dongkrek adalah arak-arakan atau kirab. Para pemain akan
berkeliling kampung, berhenti di tempat-tempat tertentu untuk melakukan
pementasan singkat yang menggambarkan pertarungan antara karakter Orang Tua
Bijaksana melawan Raksasa yang mengganggu kedua gadis. Puncak pertunjukan
adalah kemenangan pihak kebaikan, yang menyimbolkan pulihnya ketertiban dan
keselamatan.
Transformasi
Dongkrek di Era Modern
Saat ini, Kesenian Dongkrek tidak lagi hanya dipentaskan untuk
mengusir wabah. Ia telah menjadi ikon budaya Madiun yang sering tampil dalam
berbagai acara, seperti:
- Festival budaya daerah maupun
nasional.
- Penyambutan tamu
penting.
- Acara bersih desa
atau sedekah bumi.
Banyak sanggar seni di Madiun yang aktif melestarikan dan
mengajarkan kesenian ini kepada generasi muda, memastikan warisan ini tidak
punah ditelan zaman.
Makna dan Relevansi
Dongkrek Hari Ini
Di dunia modern, apakah kesenian yang lahir dari mitos pengusir setan
ini masih relevan? Jawabannya adalah iya, dan bahkan sangat relevan.
Lebih
dari Sekadar Tarian Pengusir Setan
Secara simbolis, "pagebluk" atau "roh jahat" yang
diperangi dalam Dongkrek dapat diinterpretasikan sebagai segala bentuk krisis
modern: mulai dari wabah penyakit faktual, krisis ekonomi, hingga degradasi
moral. Pertunjukan ini menjadi pengingat bahwa dengan kebijaksanaan (Orang
Tua), kebersamaan, dan semangat untuk melindungi masa depan (Dua Gadis),
masyarakat dapat mengatasi segala bentuk "kejahatan".
Ulasan Budayawan: “Kesenian Dongkrek adalah cerminan kecerdasan
lokal. Ia mengajarkan bahwa seni bukan hanya hiburan, tapi juga sarana
spiritual dan perekat sosial untuk menghadapi krisis. Melestarikannya berarti
menjaga ingatan kolektif dan kearifan masyarakat Madiun,” ujar seorang
pemerhati seni tradisi.
Upaya
Pelestarian Sebagai Warisan Budaya Takbenda
Pemerintah dan komunitas budaya telah mengakui pentingnya Dongkrek.
Kesenian ini telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia,
sebuah pengakuan yang memperkuat upaya pelestariannya.
Suara Harapan dari Masa
Lalu Madiun
Kesenian Dongkrek adalah paket lengkap sebuah warisan budaya. Ia
memiliki latar belakang sejarah yang kuat, filosofi yang dalam, elemen artistik
yang unik, dan kemampuan untuk beradaptasi dengan zaman. Dentuman
"DONG" dan gesekan "KREK" bukan lagi sekadar suara pengusir
wabah, melainkan gema dari ketangguhan, kreativitas, dan harapan masyarakat
Madiun yang terus bergema hingga hari ini. Menyaksikan pertunjukan Dongkrek
adalah menyaksikan sepotong sejarah Madiun yang hidup, bernapas, dan menari.
Sumber: Artikel ini dikembangkan dengan merujuk pada informasi faktual yang
disajikan oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemdikbud di laman resminya.
Sumber Gambar by AI
Penulis: Retno Ajeng T.A (prl)