Rabu, 08 Oktober 2025

Kesenian Dongkrek, Warisan Budaya Unik dari Madiun

Kesenian Dongkrek, Warisan Budaya Unik dari Madiun


NGLENCER - Di tengah gemerlap budaya modern, sering kali tersimpan warisan adiluhung yang lahir dari rahim sejarah, keprihatinan, dan harapan. Salah satunya adalah Kesenian Dongkrek, sebuah seni pertunjukan magis dan teatrikal dari Madiun, Jawa Timur. Jauh dari sekadar hiburan, Dongkrek adalah sebuah narasi tentang perjuangan manusia melawan pagebluk, representasi pertarungan abadi antara kebaikan dan kejahatan, yang dibalut dalam musik ritmis dan topeng-topeng ekspresif.

Bagi banyak orang di luar Madiun, nama Dongkrek mungkin terdengar asing. Namun, di balik namanya yang unik, tersimpan sebuah filosofi mendalam dan sejarah yang menjadikannya salah satu warisan budaya paling otentik di Jawa Timur. Mari selami lebih dalam kisah dan makna di balik kesenian yang memukau ini.

Sejarah Lahirnya Dongkrek Seni yang Tercipta dari Keprihatinan

Setiap seni besar sering kali lahir dari peristiwa besar. Begitu pula dengan Kesenian Dongkrek yang akarnya tertancap pada sebuah tragedi kemanusiaan di masa lampau.

Berawal dari Pagebluk (Wabah Penyakit)

Menurut catatan sejarah lisan, Dongkrek lahir sekitar abad ke-19 di wilayah Caruban, yang kini menjadi bagian dari Kabupaten Madiun. Kala itu, masyarakat sedang dilanda pagebluk atau wabah penyakit mematikan yang merenggut banyak korban jiwa. Berbagai upaya medis dan tradisional telah dilakukan, namun wabah tak kunjung reda. Suasana desa menjadi mencekam, dipenuhi ketakutan dan duka.

Sebuah Ritual Pengusir Roh Jahat

Di tengah keputusasaan tersebut, seorang petinggi di Desa Mejayan mendapatkan wangsit atau ilham spiritual. Ia diyakini menciptakan sebuah bentuk seni pertunjukan sebagai ritual tolak bala untuk mengusir roh-roh jahat yang dianggap sebagai penyebab wabah. Dengan mengumpulkan warga, ia menciptakan musik dan tarian dengan karakter-karakter simbolis. Kesenian ini kemudian diarak keliling desa dari rumah ke rumah, dengan harapan suara bising dan gerakan teatrikalnya mampu mengusir energi negatif dan memulihkan desa.

Membedah Elemen Kesenian Dongkrek

Keunikan Kesenian Dongkrek terletak pada perpaduan harmonis antara musik, gerak tari, dan karakterisasi visual melalui topeng. Setiap elemen memiliki makna filosofis yang mendalam.

Filosofi di Balik Nama "Dongkrek"

Nama "Dongkrek" sendiri bersifat onomatope, atau berasal dari tiruan bunyi. Nama ini diambil dari dua bunyi dominan yang dihasilkan oleh alat musiknya:

  • "DONG": Suara yang berasal dari instrumen sejenis kenong atau gong kecil yang dipukul, menghasilkan dentuman bass yang dalam dan menggema.
  • "KREK": Suara serutan yang khas dari alat musik korek, yaitu sebuah balok kayu yang diukir bergerigi dan digesek dengan kayu atau tanduk, menghasilkan suara "krek... krek... krek..." yang tajam dan ritmis.

Gabungan kedua bunyi inilah yang membentuk identitas nama Kesenian Dongkrek.

Alat Musik: Orkestra Sederhana Penuh Makna

Musik Dongkrek menciptakan atmosfer yang magis dan sedikit menyeramkan, bertujuan untuk membangkitkan suasana spiritual. Orkestranya terdiri dari alat-alat musik sederhana namun efektif:

  • Gong/Kenong: Memberikan penekanan dan irama dasar yang berat.
  • Korek: Sumber suara "krek" yang ikonik, menjaga tempo dan memberikan warna musik yang unik.
  • Bedug & Kendang: Menambah dinamika dan hentakan ritmis yang membangkitkan semangat.
  • Kentongan (dari bambu): Menghasilkan suara nyaring sebagai tanda atau penanda dalam komposisi musik.

Alat musik tradisional Dongkrek, termasuk gong kecil dan instrumen kayu 'korek' yang menjadi asal-usul namanya.




Karakter dan Topeng Pertarungan Abadi Baik Melawan Jahat

Visualisasi adalah kunci dari pertunjukan Dongkrek. Para penampil mengenakan topeng (kedok) yang merepresentasikan karakter-karakter tertentu.

Raksasa (Buto): Simbol Kejahatan dan Penyakit Karakter utama yang paling menonjol adalah Raksasa atau Buto. Dengan topeng yang menyeramkan, mata melotot, taring tajam, dan rambut gimbal, karakter ini adalah visualisasi dari roh jahat, penyakit, dan segala bentuk keburukan yang mengancam kehidupan manusia.

Orang Tua Bijaksana: Lambang Kebijaksanaan Melawan kekuatan Raksasa adalah karakter Orang Tua Bijaksana. Topengnya menggambarkan sosok kakek atau nenek dengan wajah tenang dan berwibawa. Karakter ini melambangkan akal sehat, kebijaksanaan, doa, dan kekuatan spiritual yang menjadi penuntun masyarakat dalam menghadapi kesulitan.

Dua Gadis Perawan: Simbol Kehidupan dan Harapan Karakter ini digambarkan oleh dua penari perempuan (atau laki-laki yang berdandan seperti perempuan). Mereka melambangkan kesucian, kehidupan, harapan, dan generasi baru yang harus dilindungi dari kekuatan jahat.

Baca Juga: Nasi Pecel Madiun, Cita Rasa Legendaris yang Membuat Kota Ini Terkenal


Dari Ritual Sakral Menuju Seni Pertunjukan

Seiring berjalannya waktu dan redanya wabah, fungsi Kesenian Dongkrek perlahan bergeser. Dari sebuah ritual yang murni sakral, ia bertransformasi menjadi seni pertunjukan yang diapresiasi nilai estetikanya.

Prosesi Arak-arakan yang Khas

Format asli Dongkrek adalah arak-arakan atau kirab. Para pemain akan berkeliling kampung, berhenti di tempat-tempat tertentu untuk melakukan pementasan singkat yang menggambarkan pertarungan antara karakter Orang Tua Bijaksana melawan Raksasa yang mengganggu kedua gadis. Puncak pertunjukan adalah kemenangan pihak kebaikan, yang menyimbolkan pulihnya ketertiban dan keselamatan.

Transformasi Dongkrek di Era Modern

Saat ini, Kesenian Dongkrek tidak lagi hanya dipentaskan untuk mengusir wabah. Ia telah menjadi ikon budaya Madiun yang sering tampil dalam berbagai acara, seperti:

  • Festival budaya daerah maupun nasional.
  • Penyambutan tamu penting.
  • Acara bersih desa atau sedekah bumi.

Banyak sanggar seni di Madiun yang aktif melestarikan dan mengajarkan kesenian ini kepada generasi muda, memastikan warisan ini tidak punah ditelan zaman.

Makna dan Relevansi Dongkrek Hari Ini

Di dunia modern, apakah kesenian yang lahir dari mitos pengusir setan ini masih relevan? Jawabannya adalah iya, dan bahkan sangat relevan.

Lebih dari Sekadar Tarian Pengusir Setan

Secara simbolis, "pagebluk" atau "roh jahat" yang diperangi dalam Dongkrek dapat diinterpretasikan sebagai segala bentuk krisis modern: mulai dari wabah penyakit faktual, krisis ekonomi, hingga degradasi moral. Pertunjukan ini menjadi pengingat bahwa dengan kebijaksanaan (Orang Tua), kebersamaan, dan semangat untuk melindungi masa depan (Dua Gadis), masyarakat dapat mengatasi segala bentuk "kejahatan".

Ulasan Budayawan: “Kesenian Dongkrek adalah cerminan kecerdasan lokal. Ia mengajarkan bahwa seni bukan hanya hiburan, tapi juga sarana spiritual dan perekat sosial untuk menghadapi krisis. Melestarikannya berarti menjaga ingatan kolektif dan kearifan masyarakat Madiun,” ujar seorang pemerhati seni tradisi.

Upaya Pelestarian Sebagai Warisan Budaya Takbenda

Pemerintah dan komunitas budaya telah mengakui pentingnya Dongkrek. Kesenian ini telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia, sebuah pengakuan yang memperkuat upaya pelestariannya.

: Sebuah arak-arakan Kesenian Dongkrek yang meriah di sebuah festival budaya di Madiun.




Suara Harapan dari Masa Lalu Madiun

Kesenian Dongkrek adalah paket lengkap sebuah warisan budaya. Ia memiliki latar belakang sejarah yang kuat, filosofi yang dalam, elemen artistik yang unik, dan kemampuan untuk beradaptasi dengan zaman. Dentuman "DONG" dan gesekan "KREK" bukan lagi sekadar suara pengusir wabah, melainkan gema dari ketangguhan, kreativitas, dan harapan masyarakat Madiun yang terus bergema hingga hari ini. Menyaksikan pertunjukan Dongkrek adalah menyaksikan sepotong sejarah Madiun yang hidup, bernapas, dan menari.

Sumber: Artikel ini dikembangkan dengan merujuk pada informasi faktual yang disajikan oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemdikbud di laman resminya.


Sumber Gambar by AI

Penulis: Retno Ajeng T.A (prl)

 

 

 

Postingan Terkait

Provider Outbound Batu Malang

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *