Jajanan Tradisional Blitar yang Masih Eksis dan Dicari Wisatawan

Blitar, sebuah kota yang kaya akan sejarah dan budaya di Jawa Timur, tak hanya terkenal dengan julukan Kota Proklamator. Lebih dari itu, kota ini menyimpan harta karun kuliner yang seringkali terlupakan: jajanan tradisional Blitar.
Jajanan ini adalah pelarian manis yang
menggugah rasa nostalgia. Bagi penduduk asli, menyantapnya adalah kembali pada
kenangan masa kecil yang sederhana. Bagi wisatawan, kuliner khas ini
adalah pengalaman otentik yang tak bisa ditemukan di restoran mewah. Ditengah
gempuran makanan modern, jajanan pasar ini tetap eksis dan bahkan
menjadi buruan wajib. Keberadaannya membuktikan bahwa rasa yang otentik, diolah
dari bahan-bahan lokal, tak lekang dimakan zaman. Mari kita telusuri kelezatan
dan makna di balik panganan warisan dari Bumi Bung Karno ini.
Ragam Jajanan Tradisional Blitar yang Menggoda Selera
Jajanan Blitar mencerminkan kearifan lokal
dalam mengolah hasil bumi seperti singkong, ketan, dan gula kelapa. Bahan-bahan
sederhana ini diubah menjadi hidangan yang kaya warna dan rasa.
Gethuk: Manisnya Singkong yang Penuh Filosofi
Gethuk
adalah salah satu jajanan tradisional yang paling ikonik di Jawa,
termasuk di Blitar. Terbuat dari singkong (ketela pohon) yang dikukus,
dihaluskan, dan dicampur dengan gula. Varian yang paling populer adalah Gethuk
Lindri yang berwarna-warni dan dicetak memanjang, disajikan dengan taburan kelapa
parut segar.
- Proses Pembuatan:
Singkong dikukus hingga empuk, kemudian ditumbuk atau digiling. Penggunaan
pewarna alami (atau yang aman) memberikan daya tarik visual yang tinggi.
- Keistimewaan Blitar:
Di Blitar, gethuk sering dinikmati sebagai cemilan sore hari, menjadi
simbol kesederhanaan yang tetap nikmat.
Wajik Kletik: Manisan Ketan dengan Tekstur Unik
Wajik Kletik adalah oleh-oleh khas Blitar yang sangat terkenal dan memiliki
keunikan tersendiri. Jajanan manis ini terbuat dari beras ketan dan gula
kelapa yang dimasak hingga lengket dan bertekstur.
- Keunikan Tekstur:
Nama kletik berasal dari tekstur renyah kletik-kletik yang
terasa saat dikunyah, berasal dari butiran ketan yang tidak sepenuhnya
lumer.
- Kemasan Khas:
Salah satu ciri paling khasnya adalah cara pengemasannya. Wajik Kletik
dibungkus menggunakan kulit jagung kering (klobot), yang
memberikan aroma alami dan kesan tradisional yang kuat. Kemasan ini
menunjukkan betapa Blitar sangat memanfaatkan hasil alamnya.
Opak Gambir dan Sagon: Kue Kering Warisan
Selain jajanan basah, Blitar juga memiliki kue
kering tradisional yang cocok dijadikan oleh-oleh Blitar.
- Opak Gambir:
Kue renyah, tipis, dan manis yang terbuat dari tepung beras dan santan.
Bentuknya melengkung tipis seperti keripik. Jajanan ini sering disajikan
saat acara hajatan dan memiliki aroma wangi khas yang berasal dari bahan
baku alami.
- Sagon: Kue
kering yang terbuat dari campuran kelapa parut sangrai dan tepung
ketan. Teksturnya renyah di luar namun lembut lumer di mulut, memberikan
rasa manis-gurih yang memikat.
Geti dan Enting-Enting: Camilan Kacang yang Gurih
Geti
adalah camilan manis dan renyah yang mirip dengan snack bar modern,
namun dibuat secara tradisional. Jajanan ini terbuat dari kacang-kacangan
(seperti kacang tanah atau wijen) yang direkatkan dengan gula merah
yang telah dimasak pekat. Rasa gurih kacang berpadu sempurna dengan legitnya
gula, menjadikannya camilan yang mengenyangkan.
Makna Budaya dalam Setiap Jajanan
Jajanan tradisional Jawa bukan hanya tentang
rasa. Di dalamnya terkandung makna filosofis yang dalam, mencerminkan
nilai-nilai luhur masyarakat Jawa.
Jajanan Pasar: Simbol
Keberagaman dan Gotong Royong
Istilah jajanan pasar secara keseluruhan
melambangkan keragaman masyarakat. Aneka bentuk, warna, dan rasa yang
berjejer rapi di pasar menggambarkan persatuan dalam perbedaan. Penyajiannya
seringkali dalam bentuk nampan besar untuk dimakan bersama, yang mengajarkan
nilai kebersamaan dan gotong royong.
Filosofi Dibalik Singkong dan
Ketan
- Makna Singkong (Gethuk): Singkong, sebagai bahan utama gethuk,
melambangkan kesederhanaan dan sikap nrimo ing pandum
(menerima dengan ikhlas apa yang diberikan). Makanan ini lahir dari masa
sulit ketika beras langka, mengajarkan bahwa kekayaan pangan lokal harus
dihargai.
- Makna Ketan (Wajik):
Bahan beras ketan yang sifatnya lengket melambangkan harapan agar
ikatan persaudaraan (ngraketaken paseduluran) selalu erat dan tidak
mudah terlepas. Menyajikan wajik dalam acara penting adalah doa
agar hubungan yang terjalin (misalnya pernikahan) menjadi kuat.
Makna-makna ini menunjukkan bahwa kuliner
Blitar adalah warisan budaya yang mendalam, bukan sekadar hidangan pengisi
perut.

Pasar Tradisional dan Tempat Berburu Jajanan Khas
Mencari jajanan Blitar yang paling
otentik adalah petualangan tersendiri. Tempat terbaik untuk menemukan aneka
ragamnya, terutama yang masih dibuat secara rumahan, adalah di pasar
tradisional.
Pusat Jajanan di Pasar Induk
Kota
Pasar tradisional di Blitar, terutama pasar induk, menjadi etalase
bagi jajanan tradisional. Sejak subuh, para pedagang sudah menggelar
dagangannya. Di sinilah Anda bisa menemukan aneka jajanan pasar seperti klepon,
cenil (bola-bola kenyal dari tepung kanji yang disiram gula merah cair),
dan lupis yang masih hangat, dibungkus dengan daun pisang.
- Pengalaman Otentik:
Berburu jajanan di pasar tidak hanya soal membeli makanan, tetapi juga
merasakan interaksi sosial yang hangat dan suasana yang otentik. Aroma
gula kelapa dan santan yang berpadu dengan uap panas dari jajanan yang
baru matang akan menyambut Anda.
Sentra Oleh-Oleh Modern
Selain pasar, kini banyak sentra oleh-oleh
Blitar modern yang menjual jajanan khas dalam kemasan yang lebih rapi dan
tahan lama, seperti Wajik Kletik dan Geti. Tempat-tempat ini
memudahkan wisatawan untuk membawa pulang jajanan tradisional sebagai
buah tangan, sekaligus membantu melestarikan eksistensi para perajin lokal.
Bagaimana Jajanan Tradisional Tetap Eksis di Era Modern
Eksistensi jajanan tradisional Blitar di
tengah arus modernisasi adalah kisah sukses kearifan lokal yang mampu
beradaptasi.
Inovasi Tanpa Menghilangkan
Keaslian
Para pembuat jajanan tidak berhenti
berkreasi. Meskipun mempertahankan resep kuno, mereka mulai berinovasi dalam
hal:
- Penyajian dan Kemasan: Wajik Kletik yang dulunya hanya dibungkus klobot,
kini juga tersedia dalam kemasan kotak yang lebih higienis untuk pasar
modern.
- Varian Rasa:
Beberapa jajanan seperti Opak Gambir mulai menambahkan varian rasa
non-tradisional (cokelat atau green tea) untuk menarik minat
generasi muda, namun tetap mempertahankan tekstur khas dan bentuk
aslinya.
Peran Media Sosial dan Wisatawan
Wisata kuliner yang masif telah mengangkat pamor jajanan
Blitar. Ketika wisatawan memposting foto jajanan pasar yang
berwarna-warni atau keunikan Wajik Kletik di media sosial, secara tidak
langsung mereka menjadi duta promosi yang menjangkau audiens global. Hal ini
membangkitkan kebanggaan lokal dan memicu permintaan yang stabil.
Kekuatan Bahan Baku Lokal
Kepercayaan masyarakat Blitar terhadap bahan
baku lokal yang mudah didapat (singkong, ketan, dan kelapa) menjamin
keberlanjutan produk ini. Ketersediaan bahan baku yang melimpah menjaga harga
tetap terjangkau, membuat jajanan tradisional tetap menjadi pilihan yang
ekonomis dan ramah di kantong.
Jajanan Blitar adalah cerminan dari budaya yang berakar kuat.
Melalui rasa manis, gurih, dan tekstur yang unik, kuliner ini tidak hanya
memuaskan lidah, tetapi juga memberikan pelajaran tentang kesederhanaan,
kebersamaan, dan menghargai warisan leluhur.
Saatnya Menjelajah Kuliner Warisan
Jajanan tradisional Blitar adalah bukti bahwa cita rasa otentik dan nilai
budaya tidak akan pernah pudar. Mulai dari Gethuk yang lembut hingga Wajik
Kletik yang bertekstur unik, setiap gigitan membawa Anda lebih dekat pada kearifan
lokal dan sejarah kota ini.
Jika Anda berencana mengunjungi Blitar, jangan
hanya terpaku pada kuliner beratnya. Luangkan waktu untuk menyusuri pasar
tradisional dan mencari harta karun manis ini. Membeli dan menikmati jajanan
Blitar berarti Anda turut serta dalam melestarikan warisan budaya Indonesia
yang berharga.
