Candi Penataran Candi Terbesar di Jawa Timur, Warisan Agung Majapahit

Candi Penataran, yang berdiri kokoh di lereng barat daya
Gunung Kelud, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, bukanlah sekadar tumpukan batu tua.
Ia adalah sebuah episentrum spiritual yang monumental, saksi bisu
transisi kekuasaan dari Kediri hingga puncak kejayaan Kerajaan Majapahit.
Dikenal sebagai kompleks candi Hindu Siwa terbesar di Jawa Timur, arsitekturnya
yang unik dan reliefnya yang kaya cerita menjadikannya warisan budaya tak
ternilai yang terus memancarkan aura magis dan historis.
Artikel ini akan membawa Anda menelusuri setiap sudut kompleks candi yang luasnya hampir 13.000 meter persegi ini. Kita akan mengungkap rahasia di balik tata letaknya yang tak lazim, makna mendalam dari setiap ukiran batu, dan peran vitalnya dalam sejarah peradaban Jawa kuno.
Jejak
Abadi Kerajaan di Kaki Gunung Kelud
Sejak awal pendiriannya, yang diperkirakan
dimulai pada masa Kerajaan Kediri, kompleks suci ini telah dikenal dengan nama Candi
Palah. Sebuah prasasti kuno menyebutkan bahwa candi ini didirikan sebagai
tempat pemujaan Bhatara ri Palah atau Dewa Gunung, dengan tujuan menolak
bala atau menangkal bahaya yang kerap datang dari letusan Gunung Kelud.
Fungsi spiritualnya yang krusial membuat pembangunan candi terus berlanjut
hingga mencapai bentuknya yang paling megah di era Majapahit, menjadikannya candi
negara (State Temple) yang penting.
Transformasi
Spiritual Menuju Pusat Majapahit
Meskipun fondasi awalnya dibangun oleh Kediri,
nama Candi Penataran justru paling lekat dengan Majapahit. Kitab Negarakertagama
mencatat bahwa kompleks ini dikunjungi secara khusus oleh sang Raja Agung dalam
perjalanannya keliling Jawa Timur. Masa penggunaan candi ini terbentang hingga
lebih dari dua abad, menghasilkan sebuah kompleks yang merefleksikan beragam
gaya arsitektur dan keyakinan spiritual dari dua periode kerajaan yang berbeda.
Kehadiran kompleks yang luas dan bertingkat ini
menunjukkan betapa pentingnya Candi Penataran sebagai lambang kekuasaan
spiritual. Ia bukan hanya tempat ibadah; ia adalah miniatur kosmos yang
diyakini menjadi axis mundi atau pusat dunia bagi kerajaan, tempat di
mana hubungan antara raja dan dewa dijalin.
Arsitektur Tiga Halaman: Kisah yang Terukir dalam Batu
Salah satu ciri khas Candi Penataran yang
membedakannya dari candi-candi lain di Jawa Tengah adalah tata letaknya yang non-simetris
dan terbagi menjadi tiga halaman utama. Setiap halaman memiliki fungsi dan
bangunan spesifik yang tersusun membujur dari barat ke timur, menghadap ke
barat. Pembagian ini merepresentasikan tingkatan kesucian, di mana bagian
paling timur—halaman belakang—dianggap sebagai area paling sakral.
Halaman Depan: Sambutan Arca Penjaga
Memasuki kompleks Candi Penataran, pengunjung
disambut oleh sepasang Arca Dwarapala raksasa yang berfungsi sebagai
penjaga gerbang. Arca-arca ini, yang berangka tahun 1320 Masehi, memiliki
ekspresi garang, melambangkan perlindungan spiritual dan penolak segala
kejahatan.
Di area ini, terdapat juga bangunan Bale
Agung dan Pendopo Teras. Bale Agung, yang dulunya diperkirakan
menjadi tempat musyawarah para tetua dan pemuka agama, menunjukkan fungsi
sosial-politik candi selain fungsi ritual. Sementara itu, Pendopo Teras sering
digunakan sebagai tempat meletakkan sesaji dalam upacara keagamaan.
Halaman Tengah: Keunikan Candi Naga dan Angka Tahun
Di halaman kedua, perhatian tertuju pada Candi
Naga. Bangunan unik ini memiliki ornamen naga yang melilit di bagian tubuh
candi, seolah menopang bangunan tersebut. Naga ini sering dihubungkan dengan
mitologi Naga Basuki, ular kosmis dalam cerita pengadukan lautan susu
(Ksirarnawa) yang digunakan untuk mencari amrita (air kehidupan).
Simbolisme ini menegaskan peran candi sebagai representasi Gunung Mandara
(Mahameru), gunung suci yang digunakan dalam kisah tersebut.
Selain itu, terdapat Candi Angka Tahun
yang bertuliskan angka tahun 1369 Masehi. Kehadiran berbagai penanggalan tahun
di kompleks ini menegaskan bahwa pembangunan dan penambahan bangunan terjadi
secara bertahap selama periode yang panjang, bahkan hingga menjelang keruntuhan
Majapahit.
Halaman Belakang: Kesakralan Candi Induk dan Relief Epik
Halaman belakang adalah area paling sakral dan
merupakan tempat berdirinya Candi Utama atau Candi Induk. Candi utama
ini berbentuk teras berundak tiga, sebuah ciri khas arsitektur Jawa
Timur yang berbeda dari candi-candi di Jawa Tengah yang cenderung ramping dan
tinggi. Di sepanjang dinding teras pertama candi induk, terukir relief naratif
yang memukau, yaitu kisah Ramayana. Penggambaran figur manusia pada
relief ini memiliki gaya wayang yang khas, memberikan sentuhan seni
lokal yang kental.
Di area yang sama, ditemukan pula Prasasti
Palah yang berangka tahun 1197 Masehi. Prasasti ini menjadi bukti historis
mengenai peresmian candi sebagai tempat pemujaan, memperkuat akar sejarahnya
jauh sebelum Majapahit mencapai puncak keemasan. Kesakralan halaman belakang
ini menjadi pusat dari segala ritual agung yang dilakukan oleh kerajaan.

Fakta Spiritual dan Warisan
Candi Penataran, dengan segala kemegahannya,
menyimpan sejumlah fakta spiritual yang menarik. Salah satu LSI Keyword
(Latent Semantic Indexing) yang relevan adalah hubungannya dengan legenda Sumpah
Palapa Gajah Mada. Meskipun tidak ada bukti fisik di candi yang memuat
tentang sumpah tersebut, lokasi Candi Penataran yang merupakan candi negara
utama Majapahit membuatnya sering dikaitkan secara kolektif sebagai tempat
bersejarah yang disukai oleh para petinggi kerajaan, termasuk Gajah Mada dan
Hayam Wuruk.
Selain itu, keberadaan kolam suci (patirtan)
yang airnya dipercaya tidak pernah kering meski musim kemarau panjang,
menambah dimensi mistis pada kompleks ini. Kolam ini dahulu digunakan untuk
ritual penyucian dan patīrthān suci oleh para pendeta dan bangsawan.
Hingga kini, lokasi ini masih sering dikunjungi oleh para peziarah, yang
meyakini adanya energi spiritual yang kuat di tempat ini.
Candi Penataran di Mata Dunia Modern
Saat ini, Candi Penataran bukan hanya warisan
sejarah; ia adalah destinasi wisata budaya utama di Blitar dan Jawa
Timur. Kompleks ini berfungsi sebagai ruang edukasi terbuka, menawarkan
pelajaran langsung tentang arsitektur kuno, seni relief, dan sejarah Majapahit.
Usulan kompleks ini dalam daftar Situs Warisan Dunia UNESCO sejak tahun 1995
semakin menegaskan pentingnya pelestarian situs ini.
Pengunjung kini dapat menikmati keindahan
arsitektur yang terjaga dengan baik sambil merenungi nilai-nilai luhur yang
disampaikan melalui relief-relief kuno. Upaya pelestarian yang berkelanjutan
dilakukan untuk memastikan bahwa kemegahan Candi Terbesar di Jawa Timur
ini dapat terus dinikmati oleh generasi mendatang.
Penataran adalah bukti nyata kejayaan peradaban Hindu-Jawa, sebuah mahakarya arsitektur yang merekam perjalanan panjang sejarah Nusantara. Ia mengajak kita untuk tidak hanya mengagumi batu-batu yang tersusun, tetapi juga meresapi kisah agung yang tersembunyi di setiap ukirannya. Mengunjungi kompleks ini adalah sebuah perjalanan spiritual dan historis yang akan memperkaya pemahaman kita tentang akar budaya bangsa.

