Sekilas mungkin tampak sama, tetapi bagi lidah para pecinta kuliner, keduanya menawarkan pengalaman yang sama sekali berbeda.
Yang satu kering dan manis legit, sementara yang lain basah dan kaya akan rasa gurih. Mari kita bedah tuntas perbedaan mendasar antara kedua mahakarya kuliner ini.
Gudeg Jogja, Si Manis Legit yang Melegenda
Saat orang menyebut “gudeg”, biasanya bayangan yang muncul adalah versi Yogyakarta. Inilah gudeg yang sering dijadikan oleh-oleh karena daya tahannya yang luar biasa. Ciri khasnya sangat kuat dan mudah dikenali.
Ciri Khas Rasa dan Warna
Karakter utama dari Gudeg Jogja adalah rasanya yang manis dominan. Rasa manis ini berasal dari penggunaan gula aren dalam jumlah yang cukup banyak, yang berpadu dengan rempah lain seperti daun jati untuk menghasilkan warna coklat kemerahan hingga sangat pekat.
Proses memasaknya pun memakan waktu berjam-jam, memastikan semua bumbu meresap sempurna ke dalam setiap serat nangka muda (gori).
Tekstur Kering yang Tahan Lama
Inilah pembeda utamanya. Gudeg Jogja termasuk dalam kategori gudeg kering. Setelah direbus lama, gudeg akan ditiriskan dan dimasak kembali hingga kuahnya benar-benar menyusut atau asat.
Proses inilah yang membuatnya awet dan bisa bertahan hingga beberapa hari tanpa perlu disimpan di kulkas, menjadikannya pilihan oleh-oleh yang sempurna. Jika Anda tertarik dengan kuliner khas Jawa lainnya, Anda bisa mencoba resep opor ayam khas Jawa Tengah yang tak kalah lezat.
Gudeg Solo, Si Gurih dengan Kuah Melimpah
Bergeser sedikit ke kota tetangga, Solo punya interpretasi gudeg yang sama sekali berbeda. Di sini, gudeg disajikan sebagai hidangan yang dinikmati langsung di tempat, dengan karakter yang lebih ringan dan segar.
Kuah Areh sebagai Pembeda Utama
Jika Gudeg Jogja kering, maka Gudeg Solo adalah gudeg basah. Kuncinya terletak pada kuah santan kental berwarna putih yang disebut areh.
Gudeg nangka yang sudah dimasak tidak dibuat kering, melainkan disiram dengan kuah areh yang melimpah saat disajikan. Kuah inilah yang memberikan sensasi rasa gurih yang kaya dan creamy, menyeimbangkan rasa manis yang tidak sekuat versi Jogja.
Warna yang Lebih Pucat
Karena tidak dimasak hingga kuahnya asat dan penggunaan gula arennya tidak sebanyak Gudeg Jogja, warna Gudeg Solo cenderung lebih pucat atau terang. Warnanya lebih mendekati warna asli nangka muda yang kekuningan, berpadu kontras dengan kuah areh yang putih bersih.
Tampilannya yang “basah” ini membuatnya sangat nikmat disantap hangat bersama nasi pulen.
Jadi, Kesimpulannya Bagaimana?
Pada akhirnya, tidak ada yang lebih unggul antara keduanya; semua kembali pada selera masing-masing.
Singkatnya, inilah perbedaannya:
- Gudeg Jogja: Kering, manis dominan, berwarna coklat sangat pekat, dan tahan lama.
- Gudeg Solo: Basah (disiram kuah areh), gurih dominan dengan sedikit rasa manis, dan warnanya lebih terang.
Jadi, jika Anda mencari oleh-oleh atau menyukai cita rasa manis yang kuat dan legit, Gudeg Jogja adalah jawabannya. Namun, jika Anda ingin menikmati sepiring hidangan hangat berkuah santan yang gurih, Gudeg Solo akan memanjakan lidah Anda. Keduanya adalah warisan kuliner yang patut kita banggakan. Jangan lupa untuk menjelajahi kuliner khas Solo lainnya saat Anda berkunjung ke sana!
Penulis: Imel Mardiana Aulia Putri (mel)